Minggu, 08 April 2012

artis dangdut


Sore itu, entah mengapa aku sangat horny. Ingin sekali aku melampiaskan nafsuku untuk bercinta. Aku baru sadar kalau sudah 1 minggu aku tidak ml. Kepalaku pusing dan yang ada dipikiranku hanya sex, sex dan sex. Sebenarnya ada rencana untuk ml malam nanti. Tapi, rencana tersebut urung kulaksanakan karena tiba-tiba aku mendapat tugas untuk mengomandani para polisi yang menjaga sebuah acara dangdutan di sebuah balai desa. Rasanya marah dan dongkol saat aku ditugaskan malam ini karena membuat rencanaku untuk bercinta jadi jadi gagal. Namun, bagaimana lagi, aku harus mematuhi dan menunda rencanaku.

Aku dan pasukan berangkat sejak pukul 7 malam. Acaranya sendiri dimulai dari jam 8 malam. Setibanya di sana, aku langsung memberikan koordinasi kepada anggotaku. Setelah memberikan instruksi dan anak buahku sudah menempati posisi, aku hanya duduk dari kejauhan mengawasi jalannya acara. Yach..sebuah acara dangdutan yang sering diadakan di desa. Bagaimanapun ini adalah hiburan rakyat kecil, sehingga selalu penuh dijejali orang-orang. Aku sendiri tidak terlalu tertarik karena memang bukan penyuka musik dangdut. Sudah 2 jam acara berlangsung. Penyanyi yang hampir semuanya perempuan usia muda, sudah tampil silih berganti menyanyikan lagu-lagu dangdut yang lagi populer. Setelah dua jam, aku berkeliling di sekitar panggung. Kemudian aku berhenti di depan panggung. Penonton banyak yang berusaha untuk maju terlalu depan, bahkan ada yang ingin naik ke atas pentas. Aku memberikan instruksi kepada anak buah untuk segera bertindak. Sementara itu acara masih terus berlangsung. Semakin malam, semakin meriah saja. Akan tetapi, jujur pikiranku masih saja malas-malasan.

Aku lalu berdiri di depan dengan menghadap ke arah pentas. Aku mencoba menikmati musik dangdut, meskipun agak susah. Hingga, akhirnya naiklah ke atas panggung seorang penyanyi cowok. Penampilannya biasa-biasa saja. Berperawakan sedang, wajah tak terlalu tampan, usianya sekitar 30-an, dan hanya pakaian yang ia kenakan saja yang terlihat mencolok. Ia di atas panggung menyanyikan 2 buah lagu. Awalnya aku biasa-biasa saja saat melihat penampilannya. Akan tetapi, lama-kelamaan aku sadar kalau penyanyi tersebut sepertinya memperhatikanku. Ia terus-terusan melihat ke arahku yang sedang berdiri di depan panggung. Saat kami berpandangan mata, ia lalu melempar pandangan ke arah lain, tapi saat aku lengah, ia kembali memandang ke arahku. Hingga saat setelah ia selesai tampil, ia sempat melempar senyuman ke arahku. Aku tetap tak bereaksi. Ia kemudian hilang di belakang pentas. Setelah itu, aku jadi kepikiran. Jangan-jangan...

Karena penasaran, aku memutuskan untuk mencarinya di belakang panggung. Setelah 5 menit mencari-cari, akhirnya aku mendapati penyanyi tersebut sedang duduk-duduk dengan penyanyi yang lain. Ternyata ia tahu kehadiranku di belakang panggung. Ia memandang lekat mataku dari kejauhan. Ia lalu berdiri dan berjalan ke suatu tempat. Seperti sudah mendapat tanda, aku mengikutinya dari belakang. Ia berjalan dengan pelan menjauh dari keramaian. Hingga akhirnya kami sampai di semak-semak yang sangat rindang dengan sebuah pohon besar di tengahnya. Sepertinya tidak ada orang yang berada di dekat tempat tersebut, meskipun suara musik dangdut masih terlihat cukup jelas. Laki-laki itu lalu bersandar di batang pohon tersebut. Tidak ada cahaya lampu di tempat itu, tapi karena sedang bulan purnama sehingga tempat itu terlihat terang. Laki-laki itu tersenyum ke arahku yang berdiri tak jauh di depannya. Aku mengamati fisik laki-laki tersebut dari dekat. Ternyata tidak terlalu buruk.

“ada yang bisa dibantu?” tanyanya membuka percakapan. Aku tak menjawab. Aku berjalan mendekat ke arahnya. Lalu tanpa berkata apa-apa, aku langsung beraksi. Aku sudah tak tahan dengan nafsu birahiku yang tinggi. Tanganku memegang pundaknya, dan kemudian mulutku langsung mendarat di bibirnya. Aku cium dengan ganas, dan dia membalasnya. Kami berciuman dengan penuh gairah. Ternyata laki-laki tersebut sudah lihai dalam bercinta. Tak lama kemudian, ia mulai membuka kancing bajuku satu demi satu. Saat dadaku sudah terbuka, ia mengulum puting susuku.

“ough...” birahi mulai bergejolak. Laki-laki itu mengulum putingku dengan mulut dan lidahnya, dan sesekali menghisapnya dalam-dalam.

“ough...shit!!” erangku. Puas dengan dadaku. Kami kemudian bertukar posisi. Sekarang aku yang bersandar pada batang pohon. Dengan pakaian yang masih melekat di tubuhku, meskipun kancingnya sudah terbuka, aku berdiri dan bersandar pada pohon. Laki-laki itu lalu jongkok tepat di depan selangkanganku. Dengan sedikit menggoda, ia meraba-raba kontolku yang masih terbalut celana seragam. Ia meraba-raba pelan, lalu ia membuka sabuknya dan resleting celanaku. Celana dalam warna putih merek GT-Man nampaklah sudah. Wajah laki-laki itu semakin nafsu saja. Tanpa basa-basi, ia lalu melorotkan celana dalamku dan membukanya. Otomatis menjulurlah kontol warna coklatku yang berukuran 11an cm saat masih tidur.

“aku suka kontol polisi” kata laki-laki itu dengan nada manja. Ia memegang batang kontolku dan mulai mengocoknya pelan.

“oh yeah...” aku merasakan kontolku yang mendapat sensasi lebih. Kocokan tangan laki-laki itu dikontolku praktis membuat kontolku menegang sedikit demi sedikit.

“ups...gedhe banget! Kontol polisi emang yahud” kata laki-laki itu saat melihat kontol tegangku yang berukuran sekitar 18an cm. Ia sepertinya semakin menyukainya. Laki-laki itu lalu melorotkan celanaku hingga ke lutut. Kontolku sekarang sudah terbebas. Ia mainkan buah pelernya, dan memainkan juga bulu-bulu jembutku yang lebat.Akhirnya ia menggunakan mulutnya juga. Mulanya ia menjilati seluruh bagian kontolku, mulai dari buah peler, batangnya sampai bagian kepala.

“ough shit!!! Ough...” aku mulai menggerang lagi. Jilatan-jilatannya sangat memuaskan. Kontolku seperti dimanjakan dengan lidahnya. Setelah puas dengan menjilati, laki-laki itu memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya.

“arghhhhh....” aku menggelinjing saat kontolku mulai masuk di dalam mulut. Ia memasukkan dan mengeluarkan kontolku di mulutnya dengan kecepatan sedang. Sensasi kenikmatan yang kurasakan semakin lama semakin meninggi. Aku sampai menggerakkan pantatku maju mundur supaya mendapat kenikmatan lebih. Aku mengocok kontolku dengan menggunakan mulutnya.

“ough..ough...” aku terus mendorong-tarik pantatku agar kontolku keluar masuk dari mulutnya. Sesekali ia menyedot kontolku saat berada di dalam mulut.

“Ougggggggghhhhhhhh....” aku tak tahan dengan rasa nikmat yang mendera saat ia menyedot kontolku di mulutnya. Mulut laki-laki itu benar-benar lihai. Buah pelerku pun masih saja dimainkannya dengan jemarinya.

“sedot..terus...ough...” erangku. Kadang giginya menyentuh kontolku, memang sakit, tapi itu hanya sebentar karena setelah itu kenikmatan lagi yang kurasakan saat kontolku berada di dalam mulutnya.

Laki-laki itu mengoral tidak terlalu lama karena yang aku inginkan adalah mengentot pantat. Aku lalu memintanya menghentikan aksinya mengoral kontolku dan memintanya berdiri. Lalu aku minta ia melorotkan celananya. Celananya sudah melorot ke bawah, bisa kulihat kontolnya yang bergoyang-goyang dengan ukuran yang tak terlalu besar. Aku pegang kontolnya, lalu kuremas.

“ough...” ia menggerang saat aku mainkan kontolnya dengan sedikit kasar. Aku mencium bibirnya sekali lagi. Tubuh kami saling berimpitan dengan mulut yang saling berpagutan. Aku memegang kontolnya, dan laki-laki itu juga memainkan kontolku. Kemudian, aku minta ia berbalik, dan menungging dengan berpegangan pada batang pohon. Aku menyasar lobang pantatnya. Saat ia sudah menungging, bisa kulihat jelas lobang pantatnya yang berwarna merah. Di sekitar lobangnya tumbuh beberapa bulu-bulu halus. Aku memberikan pemanasan dengan menggunakan jariku. Kumasukkan jari telunjukku ke dalam lobangnya.

“argh....” laki-laki itu menggerang saat kumasukkan jariku ke dalam lobangnya. Kumainkan sedikit jariku saat berada di dalam.

“arggghhh...” erang laki-laki itu sambil menggoyangkan pantatnya, mungkin karena rasa akit dan nikmat yang ia rasakan.

“fuck me please....” pinta laki-laki itu yang sepertinya sudah gatal. Aku pun mencabut jariku dan menyiapkan kontolku dengan mengocoknya agar menegang sempurna. Dan saat sudah tegang sempurna, aku arahkan ke lobang pantatnya. Tidak langsung kumasukkan tetapi aku kugosok-gosokkan di pantatnya terlebih dahulu.

“ah...masukkan saja, ayo...” laki-laki itu sudah tidak sabar. Aku pun langsung memasukkan kontol 18 cm punya ke dalam lobang pantatnya. Bless...

“oughhhhhhhh...........” laki-laki itu menggerang keras karena penetrasi awal yang aku lakukan. Tidak terlalu sulit bagiku untuk mengentot lobangnya karena sepertinya ia sudahsering dikentot. Aku masukkan dalam-dalam, dan saat sudah di dalam aku goyangkan pinggulku.

“ohhhh....” kami menggerang bersama-sama. Aku tarik lagi kontolku, lalu kumasukkan lagi. Ku pegang buah pantatnya. Semakin lama, gerakan pinggulku makin cepat.

“ough..ough...a*jing..a*jing..” aku terus-terusan mengumpat karena rasa nikmat yang datang. Kontolku keluar masuk lobang pantatnya tanpa halangan apapun.

“ough..ouh..lebih dalam...ough....” erang laki-laki itu yang juga merasakan nikmat.

“ough yeah..fuck you...ough yeah...” aku mengentotnya dengan seragam yang masih menempel di tubuhku.

“argh..argh...kentotanmu enak banget. Aku suka kontolmu! Ough...” kata-kata laki-laki itu semakin memacuku untuk terus mengentot lobang pantatnya. Laki-laki itu sendiri menerima kentotanku sambil mengocok kontolnya sendiri dengan tangannya.

“ough..ough..ough....” aku terus memacu gerakan pinggulku. Keringat keluar dari tubuhku dan tubuhnya meskipun sebenarnya hawa dingin mendera tubuh kami.

“argh...argh...terus!kontol polisi emank oke!ah...” laki-laki itu menggerang keras tanpa takut ada orang yang mendengar. Tapi, suara musik dangdut menelan erangannya sehingga tidak ada yang mendengar.

“ough..ough..a*jing!a*jing!ough....” aku mempercepat kentotanku. Disisi lain, kontol laki-laki itu sudah mencapai klimaks.

“ough..ough..oughhhhhhhhhhh..” laki-laki itu menggerang sekeras-kerasnya saat kontolnya mengeluarkan pejuh kental dari kontolnya. Pejuhnya muncrat dan berceceran di tanah.

“ough..ough...” ia mulai mengatus nafasnya sembari masih menerima kentotan dariku.

“ough..ough...come on..ough...” aku memaju-mundurkan pantatku. Kontolku keluar masuk dari lobangnya.

“argh..argh....lebih dalam...” laki-laki itu menggoyangkan pinggulnya sehingga kontolku mendapat tambahan sensasi.

“yeah...ough...ough...” hingga akhirnya aku akan merasakan klimaks. Aku memacu entotan semakin cepat.

“ough..ough..ough...” dan akhirnya..

“oughhhh..oughhhhhhhhhhhhh...” aku menarik kontolku dari lobang pantat, lalu kukocok sebentar hingga..crot..crot...crot...

“arghhh................” aku mencapai klimaks. Pejuhku muncrat mengenai pantatnya.

“ough..ough...” aku mencoba mengatur nafas dan menikmati sisa-sisa rasa enak. Kontolku muai kembali keukuran semula. Laki-laki itu mengubah posisi. Ia kembali jongkok dan sekali lagi menjilati kontolku. Ia ternyata menjilati sisa-sisa pejuhku. Laki-laki itu menggunakan lidahnya untuk melakukan itu semua. Setelah semua selesai, aku langsung membenahi pakaianku. Kunaikkan celanaku dan kukancingkan bajuku lagi.

“terima kasih ya. Sudah lama aku ingin ngentot dengan polisi, dan akhirnya baru saja terwujud. Gak nyangka, polisi lebih hebat dari yang kubayangkan” kata laki-laki itu sambil membenahi pakaiannya. Dan tanpa bicara apapun, aku langsung meninggalkannya setelah selesai membereskan pakaianku.

Aku kembali ke arena pertunjukkan. Dalam hati, aku gak nyangka bakal melampiaskan nafsuku di tempat seperti ini. Aku jadi malu sendiri. Aku berdiri lagi di depan panggung. Gak dinyana, laki-laki yang gak tau namanya itu kembali tampil. Di atas panggung ia lagi-lagi melempar pandangan ke arahku. Bahkan sekarang dengan muka yang nakal. Sebelum ia menyanyikan lagu, ia berkata sesuatu: “ehm..ehm..eh penonton! Lagu ini aku persembahkan untuk seseorang yang baru saja memberi kenikmatan padaku” ia berkata seperti itu sambil menatap dan tersenyum ke arahku. Sontak, penonton menyorakinya. Huuuu... dan seperti tidak mempedulikan sorakan penonton, ia pun mulau menyanyikan lagu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar