Setahun sudah rahasia ini kupendam. Sengaja karena selama ini semua rahasia
kupendam lebih dalam daripada sumber lumpur panas di Porong, Sidoarjo. Sesaat
setelah retakan terjadi maka keluarlah segala desakan dalam dada. Cerita ini
dibuat khusus untuk para pembaca setia dan para penggemar.
Untuk suatu keperluan yang tidak perlu diceritakan maka aku harus melakukan
perjalanan ke pulau Bali melalui Semarang. Tiket Bus eksekutif KJ sudah di
tangan, jam 1 siang harus sudah siap di agen. Seperti biasa datang terlambat,
1.15 untung bis belum datang. Untung lagi ini bukan pesawat komersial murah
yang akan menjual tiket kepada penumpang lain kalau kita terlambat Chek in.
Kujejalkan dua keping permen karet berpenyegar ke dalam mulut. Lalu
berjalan keliling menghabiskan waktu sambil berharap semoga nanti tidak duduk
di samping nenek bawel, bapak yang doyan ngorok atau ibu-ibu yang bawa anak
kecil yang bikin ribut selama perjalanan. Semoga juga tidak duduk di samping
perawan tua yang membosankan atau seorang pendeta yang akan berkotbah tiada
henti meski umatnya tidur semua.
DINN! cessss. Bunyi rem bis besar yang sepertinya nyaman. Nomor 4B tempatku
artinya ada di sebelah kiri dalam tidak di samping jendela. Posisi yang nyaman
untuk tidur nanti. Tidak terlalu depan sehingga kena sorotan lampu mobil lain.
Tidak pula terlalu belakang yang mengakibatkan perut mual pada rute
Gilimanuk-Denpasar. Bagian dalam lebih nyaman seandainya ingin menggunakan
toilet beberapa kali.
Kuhempas pantat di kursi yang empuk setelah kujejalkan tas punggung di
tempat bagasi di atas kepala. Sebelahku masih kosong. Tadi bis sudah terisi
lima atau enam orang. Sedangkan dari agen ada 4 orang lagi. Di dalam bis terasa
lebih dingin, suasana idaman sedari tiba di agen.
Lewat dari kota Ungaran sebelahku belum juga terisi. Aku berharap seorang
pria macho dengan lengan yang besar berada di sampingku nanti. Semoga dia bisa
jadi bantal untuk tidur nanti. Atau malah tidak bisa tidur. Satu yang kuingin
diperjalanan kali ini adalah pengalaman lain yang seru. Pengalaman yang biru.
Tak lama Bis memasuki terminal Bawen untuk mengambil penumpang berikut.
Tiga orang dewasa dan dua orang anak-anak menunggu beserta barang bawaannya.
Seorang pria berjaket kulit dengan sebuah kopor hitam, berumur sekitar 30
tahunan mungkin dia eksekutif. Seorang wanita muda di samping lelaki itu.
Wanita berumur 25 tahun mengenakan stelan baju dan celana panjang sedang
dileher terlilit scraf warna coklat . Mungkin teman atau pacar si pria. Satu
lagi seorang ibu muda menggandeng dua anaknya umur 3 dan 6 tahun.
Mereka naik melalui pintu depan. Pria itu naik paling terakhir dan langsung
saja, ke arahku.
"Permisi, saya di 4A." Kugeser kakiku ke arah gang supaya dia
berjalan lebih nyaman.
'Ahh sepertinya impianku mulai terwujud'
"Ke mana mas?" jurus pertama pun keluar sejenak setelah keluar
dari Terminal Bawen.
"Kuta. Situ ke mana?" tanyanya balik.
Percakapan kami tambah seru. Pria ini bernama Prambudi, panggilannya Pram
asal Surabaya tapi kerja di Semarang sebagai sales produk pertukangan.
Kebetulan dia barusaja menengok salah satu saudaranya di Ambarawa, sewaktu
diminta bosnya mengikuti meeting di Bali. Pria yang cukup tampan tapi belum
berkeluarga. Ah, aku suka sekali kriteria seperti ini. Cukup umur tapi belum
menikah. Artinya angka sex potensial (sp)nya tinggi.
____
Sex Potensial
Ini adalah istilah yang kucipta sendiri sebagai pengukur tinggi rendahnya
seseorang diukur dengan alat ukur yang berkaitan dengan Sex. Semakin tinggi
Angka Sex Potensialnya maka seseorang semakin bisa menarik hati lawan jenis
(hetero) dan sejenis (homo). Supaya memiliki SP seorang pria harus memiliki
perawakan tinggi dan besar tapi bukan gemuk. Berotot tidak harus bodybuilder,
tampan, dengan kulit yang sehat. Sedangkan secara wawasan harus memiliki
wawasan luas dan kekuasaan (berkaitan pula dengan kemampuan finansial). Secara
kesehatan tentu saja tidak menumpuk lemak di sana sini, tidak merokok.
Sedangkan dari sudut sex, pria ini memiliki daya tarik secara seksual, tidak
impoten, suka sex, yang paling penting punya kemampuan tinggi memuaskan
pasangan (bisa berkaitan dengan bentuk, teknik, dan ukuran kelamin).
_____
Pram, begitu nama panggilannya tidak terlalu terbuka tapi tidak bisa
dibilang tertutup. Obrolan kami baru terhenti di Solo ketika bus berhenti lagi
entah untuk apa. Pram menghilang katanya akan ke toilet. Setelah satu menit aku
memutuskan untuk menyusul ke toilet. Hari belum malam dan tidak baik melakukan
macam-macam.
Sampai aku kembali ke Bis lagi Pram tidak nampak, pun di toilet tadi. Lima
belas menit kemudaian Pram naik bersamaan dengan Sopir. Bis pun berangkat.
"Ke mana tadi. Kok tidak kelihatan?" coba-coba selidik.
Pram menengok ke kiri, depan dan belakang. Lalu tangannya menyelusup ke
balik jaket mengambil sesuatu. Empat keping VCD porno dikeluarkan untuk
dimasukkan ke tas kerja. Gambar paling atas seorang wanita Amerika sedang di
sodomi pria berkulit hitam dengan menggunakan jaket kulit. Kontolnya panjang
karena sepertinya sudah masuk separuh dan sisanya masih terlihat.
"Beli ini." katanya tenang lalu dimasukkan ke tas kerja.
"Di daerah pemberhentian tadi ada agennya. Aku dikasih tau sama
temanku." Pram menjelaskan lebih lanjut.
"Mas Pram sering ya.. nonton VCD seperti itu?" tanyaku.
"Ini sebetulnya pesanan langgananku. Ya, kalau kita berjualan kan
tidak boleh kaku hanya jualannn saja. Nah mereka juga suka yang seperti ini,
tapi karena mereka harus di toko terus menerus, maka mereka tidak sempat. Lagi
pula banyak loh dari mereka yang menjaga diri. Tapi saya tau kebanyakan dari
mereka suka. Untuk mempertahankan relasi baik mereka saya sering pinjami.
Beberapa dari mereka berniat membayar, tapi saya tolak." Pram menjelaskan.
"Jadi koleksi Mas banyak dong...?"
"Ah nggak juga. Saya sering berikan ke orang kalau sudah bosan."
elaknya.
"Loh mas sendiri kapan nontonnya?" tanyaku mulai curiga.
"Ya sewaktu di hotel atau penginapan."
"Sendiri?"
Kalau kuingat lagi, rasanya kok seperti polisi sedang menyelidik seorang
calon terdakwa. Untung saja Pram orangnya sabar, bawaan sales kali. Tidak ada
air muka marah sama sekali. Malah dia melihat ini sebagai kesempatan.
"Ya enggak sih... sering sama kawan-kawan sepenginapan."
"Hmmm begitu ya.." aku mencoba mengorek lebih dalam.
Takut orang ganteng ini -ya setelah diperhatikan wajahnya lumayan juga-
malah jadi tertutup. Seperti Fery Irawan bintang sinetron atau bintang filem
tahun 90an. Sekarang namanya sudah hilang dari peredaran karena beberapa kasus
di pengadilan.
"Aku suka berkawan dengan banyak orang dan berbagai kalangan. Makanya
kemana pun aku pergi aku ada kawan. Memang sih kita hidup kan tidak cuma cari
uang saja. Tapi relasi dan kawan itu lebih penting." ungkapnya.
Lalu dia banyak cerita tentang beberapa kota yang aku cukup kenal. Dia bisa
menceritakan dengan detail tiap sudut kota. Rupanya Pram benar sudah terbiasa
pergi dari kota satu ke kota yang lain. Dia juga menyebut beberapa nama hotel
dan diskotik, yang aku sendiri kadang tidak tahu. Aku bukan orang gaul
sepertinya. Aku orang kuliahan, tapi juga bukan kutu buku karena datang ke
perpustakaan pun jarang.
"Bukannya kalau di penginapan para sales kerjanya cuma molor karena
capek seharian kerja?" aku coba menyambung setelah terputus ceritanya.
"Sebagian besar iya. Tapi ada satu dua yang suka seperti ini"
mata Pram melirik ke tas kerja di samping kaki kanannya.
Aku bungkam kehabisan kata. Pikiranku melayang selagi mataku menatap ke
kota yang di depan. Ah rupanya sudah hampir masuk Madiun.
Pram menarik kain gorden di sampingnya. Mungkin dia ngantuk dan ingin
tidur.
"Kamu mau nonton yang tadi?"
"Boleh..." tawaran Pram tak dapat kutolak. Terus terang aku suka
juga nonton seperti itu hanya kesempatannya jarang. Kami tersenyum
Pram mengangkat tas kerjanya dan mengeluarkan notebook dari dalamnya. Wah
ini sales benar-benar eksekutif! Dibukanya laptop hitam di pangkuannya lalu
dihidupkan. Supaya tidak mengganggu penumpang di belakang maka Pram menggeser
selimut di belakang supaya layar laptop tertutup dari pandangan. Tak lupa
dipasangnya head set satu dipakai di telinga kirinya sedangkan satu diberikan
kepadaku untuk dipakai.
Setelah CD dimasukkan ke tempatnya mulailah petualanganku. Jantungku
berdebar tanganku menjadi dingin tak tahan rasanya untuk segera menyaksikan.
Film biru bajakan pun mulai. Aku tak biasa nonton terus terang. Aku nonton cuma
beberapa kali dalam seumur hidup. Tapi baru ini di tempat umum di dalam bis.
Pemandangan ruang sebuah diskotik yang hanya dihadiri beberapa orang pria
dengan baju kasual. Musik santai mulai terdengar. Keluar seorang wanita penari
striptis bertopeng dengan dua keping bikini menutupi payudara dan bagian
vitalnya.
Kulirik Pram melihat reaksinya. Dia menonton dengan tenang dan serius. Dia
balik melirik lalu tersenyum. Kubalas dengan kaku, ya.. aku merasakannya.
Setelah beberapa tarian menyusul dua orang pria dengan bercelana pendek dan
mengelus, lebih tepatnya, menggerayangi penari wanita. Bule wanita itu tampak
keenakan. Pria sebelah kiri mulai memelorotkan BHnya. Sedang tangan berkutek
merah itu di shoot close up sedang meremas-remas kontol satu pria yang tampak
sudah mulai membesar.
Ah, kontolku pun bergerak. Terasa sesak diantara himpitan celana dalamku.
Posisinya miring ke kanan bawah sehingga terjepit celana. Rasanya tidak nyaman.
Kucoba menggeser dudukku supaya mungkin agak nyaman. Tak berhasil.
"Ehem ehem!" Pram berdehem pelan.
Aku tersenyum dan dengan cuek kurogohkan tanganku ke dalam celana
membetulkan posisi kontol dengan cepat. Harus cepat, atau akan mengundang
kecurigaan penumpang lain. Lagian kurang enak dengan Pram, dikira onani!
Posisi dalam filem semua sudah berbugil. Dua kontol sedang dioral secara
bergantian. Kontol-kontol itu begitu besar dalam genggaman. Tampak basah dan
menegang. Setiap sedotan dan jilatan menimbulkan sensasi sendiri.
Kulirik bagian tengah celana Pram. Kurasa gundukan itu tampak sangat
menonjol. Ya, gundukan di dekat mousepad itu.
"Ehem ehem!" kali ini kutirukan deheman Pram.
Sambil kulirik bagian itu. Pram paham dan mengerti. Dia tersenyum. Lalu
pandangan kami bersatu sekian detik. Saat itu kami sadar, paling tidak aku yang
sadar. Ada 'gaydar' yang kami kirim dan terima.
----
gaydar adalah singkatan dari gay dan radar. Artinya suatu sinyal yang hanya
bisa dikirim dan diterima oleh orang yang gay atau biseks saja. Radar ini
dengan mudah kita terima. Ada beberapa teman yang mempunyai penerimaan sangat
peka sehingga bisa mengerti seseorang gay atau bukan, meskipun orang itu merasa
tidak mengirim sinyal sama sekali.
-----
Ketertarikan Pram kemungkinan setara dengan ketertarikanku padanya. Aku takkan
lupa sekian detik pandangan yang membuka pintu gerbang. Aku paham keberadaan
dan ketertarikan Pram. Aku kira Pram juga. Kutundukkan kepalaku lalu kuarahkan
lagi pandanganku ke monitor laptop.
Sejenak adegan berubah banyak. Si bule wanita dalam keadaan menungging.
Kontol satu pria yang cukup besar sedang berusaha menerobos, entah bagian
lubang dubur entah bagian memek si wanita. Perlahan namun pasti batang yang
mungkin panjangnya 18 cm itu amblas di antara belahan pantat. Pandangan menjauh
dan sekarang tampak bagian depan. Si wanita sedang menjilati kontol pria
satunya yang diarahkan ke mulut si wanita.
"Suka mana Rob, depan atau belakang?" Pram bertanya dengan suara
tertahan.
"Ha..?!" Tanyaku pura-pura tak paham pertanyaannya.
"Suka ini (sambil mengarahkan kursor ke pantat wanita) ... atau ini
(dipindahnya kursor ke bagian mulut wanita)?" ulangnya.
Aku tetap tidak paham. Maksud Pram itu tentang kontolnya, aksinya, atau
apa? Tapi kucoba kujawab sekenanya.
"Suka yang ini...(aku juga menunjuk dengan kursor)"
Tapi setelah menunjuk tanganku tidak kembali ke pahaku. Kusandarkan pangkal
tangan kananku di atas gundukan daerah vital Pram. Ah benar keras. Aku
bertambah nakal, kutekan-tekan sedikit. Keras dan kenyalnya pas, sepertinya itu
batang kontol Pram. Tiba-tiba tangan Pram menyingkirkan tanganku.
Semula ada perasaan kecewa mulai muncul. Tapi sirna. Tangan Pram meletakkan
tanganku di pahaku. Tangan Pram sendiri lalu menelusur ke kontolku dan
meremasnya (uughh rasanya man...! Kebetulan pas sekali pegangan Pram), sambil
berbisik.
"Aku juga suka. Tapi jangan sekarang. Nanti sesudah kita makan
saja."
Bis berbelok ke satu Rumah makan entah di mana. Aku tidak kenal sama sekali
tempat itu.
"Yuk kita ke kamar kecil dulu baru kita makan." ajak Pram setelah
membereskan semua barang bawaan dan mengamankannya.
Aku kuntit Pram terus. Di kamar kecil pun, Pram menunggu dua tempat kencing
bersebelahan kosong. Setelah banyak orang pergi dari WC, Pram menuju satu
tempat kencing di pojok. Aku menyebelahinya. Kami sama-sama kencing. Dan
sama-sama saling melirik kontol.
"Punyamu bagus juga." bisik Pram sambil tersenyum.
Kubalas senyumnya. Kontol Pram juga bagus. Jembutnya tebal dan dalam
keadaan setengah ereksi seperti itu, kontol itu cukup besar untuk ukuran yang
pernah kulihat. Sungguh itu kontol terbesar yang ada pada pandanganku.
Kubayangkan menghisapnya.
"Sekarang?" tanyaku tak kuat menahan nafsu.
Kontolku yang sudah ngaceng berat kukocok sekali dua kali. Pram melihat
sekilas.
"Jangan! Waktu makan kita terbatas. Nanti saja di Bis." kata Pram
sambil membereskan celananya.
Acara makan selama setengah jam terasa sangat lama. Meskipun ngobrol kami
enak tapi aku tidak lagi konsentrasi. Ada dorongan ingin segera duduk di bis,
nonton lagi dan saling pengang kontol atau apapun yang enak-enak. Banyak
obrolan selama makan yang tidak masuk ke otakku. Pikiranku waktu itu hanya
seks, kontol Pram, mani, dan kocokan saja.Uhhh lama banget sih!
Akhirnya kembali ke bis juga. Jesss..! Bis meninggalkan rumah makan. Malam
makin larut dan segera saja suara-suara obrolan penumpang menghilang diganti
suasana tidur. Semakin cepat mereka tidur semakin baik. Sementara Pram sedang
sibuk membalas sms dan menerima beberapa panggilan melalui telepon genggam. Aku
berharap juga segera masuk daerah 'Blank spot' dimana hape tidak lagi
mengganggu.
Sebelum Pram menyimpan hape, kami sempat bertukar nomor telepon. Siapa tahu
ada bisnis lanjutan. Pram mengeluarkan jaket hitamnya tapi tidak dipakai.
Diletakkannyadi antara kursi kami. Lalu dia merapikan selimut. Setelah itu
kepalanya mendekat dan mulai menciumi leher dan pipiku. Ada rasa geli tapi
kubiarkan. Mulut dan hidungnya menjelajah leherku lalu ahh mulut kami bertemu
tapi hanya sebentar.
Pram kembali ke tempat duduknya lalu dia tersenyum. Kurapikan selimutku
hingga menutupi dadaku. Tangan kirinya menyelusup ke bawah selimutku dan
bergerilya ke arah kontolku yang sudah tegang sedari tadi. Dengan sigap Pram
meremas lembut tapi terasa. Uhhh aku sedikit menggelinjang dan mulutku berdesis
pelan.
Sementara bis bertambah kencang jalannya. Yah umumnya bis malam lah!
Sepertinya bis KJ ini bis paling cepat tapi bisa menjaga irama sehingga
penumpang tidak terkaget seandainya sopir mengerem mendadak Sebenarnya lebih
asyik kalau bis lebih gelap lagi. Namun ada lampu remang yang ada di sekitar
kami. ACnya pun bertambah dingin. Tapi semua tak berarti dibanding gairah di
kursi 4a dan 4b.
Tanganku bergerilya di perut Pram. Aku agak kecewa karena tak kudapati
perut kencang berkotak seperti kesukaanku. Tapi saat turun ke pusarnya ada
rambut tebal yang pasti akan membimbing ke kontolnya. Aku mainkan rambut pusar
Pram sambil terus mengarah ke lebih bawah lagi. Tangan kiri Pram sudah berhasil
mengeluarkan kontolku dari resleting depan. Semua itu berlangsung di bawah selimut,
jadi hanya kami yang tahu.
"Pram awas!'" bisikku saat kulihat seorang pria yang sedari tadi
bersama pacarnya dari bangku paling depan. Pria itu berjalan oleng ke arah
belakang, barangkali hendak ke toilet. Si Cepak begitu akhirnya kami memanggil pria
itu karena rambutnya memang di pelontos 1 cm. Pram tetap menggenggam kontolku
di bawah selimut. Si Cepak sepertinya tahu apa yang kami perbuat tapi
acuh.
Pram melanjutkan kocokannya dan elusan pada kontolku. Ahhh ... enak sekali.
Kontolku semakin menegang tak terkendali. Tonjolan kontolku dan tangan Pram
tercetak jelas sewaktu melalui jalan cukup terang. Merasa tak sabar, Pram
membuka sabuk dan kancing celana sendiri untuk memuluskan tanganku. Kudapati
kepala kontol yang basah oleh precum sudah keluar dari celana dalam bagian
atas. Hangat dan berdenyut. Besar, sebesar telur bebek.
Kunaikkan selimut yang mulai melorot dari dadaku. Sementara di dalam
selimut kubiarkan tangan kiri Pram meraba semua bagian kontolku, pelerku dan
juga perutku yang cukup kotak. Tidak seperti aku yang kontolnya hanya keluar
dari antara resleting, Pram sudah melorotkan sedikit celana sehingga aku bisa
menggerayanginya dengan mudah. Aku mengocok kontol Pram pelan. Sayang kalau dia
cepat ejakulasi. Jangan-jangan dia akan menyudahi permainan ini. Aku senang
melihat ekspresi wajah Pram yang keenakan. Terkadang Pram menciumku.
Tiba-tiba Pram seperti membeku. Kocokannya berhenti mendadak. Saat kulihat,
matanya memberi kode ke atas. Reflek aku langsung menengok sebelah kiri
belakang. Kulihat si Cepak sudah di sana sedang berhenti. Entah sudah berapa
lama dia melihat kami. Si Cepak tersenyum. Begitupun aku tanpa membuat gerakan
apapun sepertinya tidak ada apapun. Tanganku pun membeku di kontol Pram yang
rasanya mengecil. Hei! Pram ketakutan. Si Cepak merasa tidak enak dengan
senyumanku.Dia berusaha berjalan ke depan dengan sedikit terhuyung menuju
tempatnya.
Pram terlihat berkeringat. Lalu dia melepas pegangannya dari
kontolku.
"Kenapa Pram?" tanyaku masih ingin.
"Rapikan bajumu." katanya tegas seperti memerintah.
Aku merasa bersalah.
"Ada apa? Kamu kenal dia?" tanyaku lagi.
Pram diam. Beberapa kali dia menghela nafas. Pram mencoba memejam mata.
Akupun tidak mau mengganggunya lagi. Akupun diam mencoba merenungi kembali,
salahkah yang kami lakukan?
Akhirnya akupun berusaha untuk tertidur supaya besok turun dengan badan
tidak terlalu lelah. Rasa ingin kencing tidak tertahan. Aku meninggalkan Pram
untuk ke toilet. Di toilet kulihat toilet kering dan agak berbau. Paling tidak
orang kencing terakhir seperempat jam lalu. Berarti si Cepak tidak ke toilet.
Apa mungkin dia hanya sengaja melihat kami dan yang kami lakukan? Siapa si
Cepak itu sih?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar