Rabu, 04 April 2012

eKSOTIKNYA BALI BIRU

Setahun sudah rahasia ini kupendam. Sengaja karena selama ini semua rahasia kupendam lebih dalam daripada sumber lumpur panas di Porong, Sidoarjo. Sesaat setelah retakan terjadi maka keluarlah segala desakan dalam dada. Cerita ini dibuat khusus untuk para pembaca setia dan para penggemar.
 
Untuk suatu keperluan yang tidak perlu diceritakan maka aku harus melakukan perjalanan ke pulau Bali melalui Semarang. Tiket Bus eksekutif KJ sudah di tangan, jam 1 siang harus sudah siap di agen. Seperti biasa datang terlambat, 1.15 untung bis belum datang. Untung lagi ini bukan pesawat komersial murah yang akan menjual tiket kepada penumpang lain kalau kita terlambat Chek in.

Kujejalkan dua keping permen karet berpenyegar ke dalam mulut. Lalu berjalan keliling menghabiskan waktu sambil berharap semoga nanti tidak duduk di samping nenek bawel, bapak yang doyan ngorok atau ibu-ibu yang bawa anak kecil yang bikin ribut selama perjalanan. Semoga juga tidak duduk di samping perawan tua yang membosankan atau seorang pendeta yang akan berkotbah tiada henti meski umatnya tidur semua.

DINN! cessss. Bunyi rem bis besar yang sepertinya nyaman. Nomor 4B tempatku artinya ada di sebelah kiri dalam tidak di samping jendela. Posisi yang nyaman untuk tidur nanti. Tidak terlalu depan sehingga kena sorotan lampu mobil lain. Tidak pula terlalu belakang yang mengakibatkan perut mual pada rute Gilimanuk-Denpasar. Bagian dalam lebih nyaman seandainya ingin menggunakan toilet beberapa kali. 

Kuhempas pantat di kursi yang empuk setelah kujejalkan tas punggung di tempat bagasi di atas kepala. Sebelahku masih kosong. Tadi bis sudah terisi lima atau enam orang. Sedangkan dari agen ada 4 orang lagi. Di dalam bis terasa lebih dingin, suasana idaman sedari tiba di agen. 

Lewat dari kota Ungaran sebelahku belum juga terisi. Aku berharap seorang pria macho dengan lengan yang besar berada di sampingku nanti. Semoga dia bisa jadi bantal untuk tidur nanti. Atau malah tidak bisa tidur. Satu yang kuingin diperjalanan kali ini adalah pengalaman lain yang seru. Pengalaman yang biru.

Tak lama Bis memasuki terminal Bawen untuk mengambil penumpang berikut. Tiga orang dewasa dan dua orang anak-anak menunggu beserta barang bawaannya. Seorang pria berjaket kulit dengan sebuah kopor hitam, berumur sekitar 30 tahunan mungkin dia eksekutif. Seorang wanita muda di samping lelaki itu. Wanita berumur 25 tahun mengenakan stelan baju dan celana panjang sedang dileher terlilit scraf warna coklat . Mungkin teman atau pacar si pria. Satu lagi seorang ibu muda menggandeng dua anaknya umur 3 dan 6 tahun.
Mereka naik melalui pintu depan. Pria itu naik paling terakhir dan langsung saja, ke arahku. 

"Permisi, saya di 4A." Kugeser kakiku ke arah gang supaya dia berjalan lebih nyaman.

'Ahh sepertinya impianku mulai terwujud'

"Ke mana mas?" jurus pertama pun keluar sejenak setelah keluar dari Terminal Bawen.

"Kuta. Situ ke mana?" tanyanya balik.

Percakapan kami tambah seru. Pria ini bernama Prambudi, panggilannya Pram asal Surabaya tapi kerja di Semarang sebagai sales produk pertukangan. Kebetulan dia barusaja menengok salah satu saudaranya di Ambarawa, sewaktu diminta bosnya mengikuti meeting di Bali. Pria yang cukup tampan tapi belum berkeluarga. Ah, aku suka sekali kriteria seperti ini. Cukup umur tapi belum menikah. Artinya angka sex potensial (sp)nya tinggi.

____
Sex Potensial
Ini adalah istilah yang kucipta sendiri sebagai pengukur tinggi rendahnya seseorang diukur dengan alat ukur yang berkaitan dengan Sex. Semakin tinggi Angka Sex Potensialnya maka seseorang semakin bisa menarik hati lawan jenis (hetero) dan sejenis (homo). Supaya memiliki SP seorang pria harus memiliki perawakan tinggi dan besar tapi bukan gemuk. Berotot tidak harus bodybuilder, tampan, dengan kulit yang sehat. Sedangkan secara wawasan harus memiliki wawasan luas dan kekuasaan (berkaitan pula dengan kemampuan finansial). Secara kesehatan tentu saja tidak menumpuk lemak di sana sini, tidak merokok. Sedangkan dari sudut sex, pria ini memiliki daya tarik secara seksual, tidak impoten, suka sex, yang paling penting punya kemampuan tinggi memuaskan pasangan (bisa berkaitan dengan bentuk, teknik, dan ukuran kelamin).
_____

Pram, begitu nama panggilannya tidak terlalu terbuka tapi tidak bisa dibilang tertutup. Obrolan kami baru terhenti di Solo ketika bus berhenti lagi entah untuk apa. Pram menghilang katanya akan ke toilet. Setelah satu menit aku memutuskan untuk menyusul ke toilet. Hari belum malam dan tidak baik melakukan macam-macam. 

Sampai aku kembali ke Bis lagi Pram tidak nampak, pun di toilet tadi. Lima belas menit kemudaian Pram naik bersamaan dengan Sopir. Bis pun berangkat.

"Ke mana tadi. Kok tidak kelihatan?" coba-coba selidik.

Pram menengok ke kiri, depan dan belakang. Lalu tangannya menyelusup ke balik jaket mengambil sesuatu. Empat keping VCD porno dikeluarkan untuk dimasukkan ke tas kerja. Gambar paling atas seorang wanita Amerika sedang di sodomi pria berkulit hitam dengan menggunakan jaket kulit. Kontolnya panjang karena sepertinya sudah masuk separuh dan sisanya masih terlihat.

"Beli ini." katanya tenang lalu dimasukkan ke tas kerja.

"Di daerah pemberhentian tadi ada agennya. Aku dikasih tau sama temanku." Pram menjelaskan lebih lanjut.

"Mas Pram sering ya.. nonton VCD seperti itu?" tanyaku.

"Ini sebetulnya pesanan langgananku. Ya, kalau kita berjualan kan tidak boleh kaku hanya jualannn saja. Nah mereka juga suka yang seperti ini, tapi karena mereka harus di toko terus menerus, maka mereka tidak sempat. Lagi pula banyak loh dari mereka yang menjaga diri. Tapi saya tau kebanyakan dari mereka suka. Untuk mempertahankan relasi baik mereka saya sering pinjami. Beberapa dari mereka berniat membayar, tapi saya tolak." Pram menjelaskan.

"Jadi koleksi Mas banyak dong...?" 

"Ah nggak juga. Saya sering berikan ke orang kalau sudah bosan." elaknya.

"Loh mas sendiri kapan nontonnya?" tanyaku mulai curiga.

"Ya sewaktu di hotel atau penginapan."

"Sendiri?" 

Kalau kuingat lagi, rasanya kok seperti polisi sedang menyelidik seorang calon terdakwa. Untung saja Pram orangnya sabar, bawaan sales kali. Tidak ada air muka marah sama sekali. Malah dia melihat ini sebagai kesempatan.

"Ya enggak sih... sering sama kawan-kawan sepenginapan."

"Hmmm begitu ya.." aku mencoba mengorek lebih dalam. 

Takut orang ganteng ini -ya setelah diperhatikan wajahnya lumayan juga- malah jadi tertutup. Seperti Fery Irawan bintang sinetron atau bintang filem tahun 90an. Sekarang namanya sudah hilang dari peredaran karena beberapa kasus di pengadilan.

"Aku suka berkawan dengan banyak orang dan berbagai kalangan. Makanya kemana pun aku pergi aku ada kawan. Memang sih kita hidup kan tidak cuma cari uang saja. Tapi relasi dan kawan itu lebih penting." ungkapnya.

Lalu dia banyak cerita tentang beberapa kota yang aku cukup kenal. Dia bisa menceritakan dengan detail tiap sudut kota. Rupanya Pram benar sudah terbiasa pergi dari kota satu ke kota yang lain. Dia juga menyebut beberapa nama hotel dan diskotik, yang aku sendiri kadang tidak tahu. Aku bukan orang gaul sepertinya. Aku orang kuliahan, tapi juga bukan kutu buku karena datang ke perpustakaan pun jarang.

"Bukannya kalau di penginapan para sales kerjanya cuma molor karena capek seharian kerja?" aku coba menyambung setelah terputus ceritanya.

"Sebagian besar iya. Tapi ada satu dua yang suka seperti ini" mata Pram melirik ke tas kerja di samping kaki kanannya.

Aku bungkam kehabisan kata. Pikiranku melayang selagi mataku menatap ke kota yang di depan. Ah rupanya sudah hampir masuk Madiun.

Pram menarik kain gorden di sampingnya. Mungkin dia ngantuk dan ingin tidur.

"Kamu mau nonton yang tadi?"

"Boleh..." tawaran Pram tak dapat kutolak. Terus terang aku suka juga nonton seperti itu hanya kesempatannya jarang. Kami tersenyum

Pram mengangkat tas kerjanya dan mengeluarkan notebook dari dalamnya. Wah ini sales benar-benar eksekutif! Dibukanya laptop hitam di pangkuannya lalu dihidupkan. Supaya tidak mengganggu penumpang di belakang maka Pram menggeser selimut di belakang supaya layar laptop tertutup dari pandangan. Tak lupa dipasangnya head set satu dipakai di telinga kirinya sedangkan satu diberikan kepadaku untuk dipakai.

Setelah CD dimasukkan ke tempatnya mulailah petualanganku. Jantungku berdebar tanganku menjadi dingin tak tahan rasanya untuk segera menyaksikan. Film biru bajakan pun mulai. Aku tak biasa nonton terus terang. Aku nonton cuma beberapa kali dalam seumur hidup. Tapi baru ini di tempat umum di dalam bis.

Pemandangan ruang sebuah diskotik yang hanya dihadiri beberapa orang pria dengan baju kasual. Musik santai mulai terdengar. Keluar seorang wanita penari striptis bertopeng dengan dua keping bikini menutupi payudara dan bagian vitalnya.

Kulirik Pram melihat reaksinya. Dia menonton dengan tenang dan serius. Dia balik melirik lalu tersenyum. Kubalas dengan kaku, ya.. aku merasakannya.

Setelah beberapa tarian menyusul dua orang pria dengan bercelana pendek dan mengelus, lebih tepatnya, menggerayangi penari wanita. Bule wanita itu tampak keenakan. Pria sebelah kiri mulai memelorotkan BHnya. Sedang tangan berkutek merah itu di shoot close up sedang meremas-remas kontol satu pria yang tampak sudah mulai membesar.

Ah, kontolku pun bergerak. Terasa sesak diantara himpitan celana dalamku. Posisinya miring ke kanan bawah sehingga terjepit celana. Rasanya tidak nyaman. Kucoba menggeser dudukku supaya mungkin agak nyaman. Tak berhasil. 

"Ehem ehem!" Pram berdehem pelan. 

Aku tersenyum dan dengan cuek kurogohkan tanganku ke dalam celana membetulkan posisi kontol dengan cepat. Harus cepat, atau akan mengundang kecurigaan penumpang lain. Lagian kurang enak dengan Pram, dikira onani!

Posisi dalam filem semua sudah berbugil. Dua kontol sedang dioral secara bergantian. Kontol-kontol itu begitu besar dalam genggaman. Tampak basah dan menegang. Setiap sedotan dan jilatan menimbulkan sensasi sendiri.

Kulirik bagian tengah celana Pram. Kurasa gundukan itu tampak sangat menonjol. Ya, gundukan di dekat mousepad itu. 

"Ehem ehem!" kali ini kutirukan deheman Pram.

Sambil kulirik bagian itu. Pram paham dan mengerti. Dia tersenyum. Lalu pandangan kami bersatu sekian detik. Saat itu kami sadar, paling tidak aku yang sadar. Ada 'gaydar' yang kami kirim dan terima.

----
gaydar adalah singkatan dari gay dan radar. Artinya suatu sinyal yang hanya bisa dikirim dan diterima oleh orang yang gay atau biseks saja. Radar ini dengan mudah kita terima. Ada beberapa teman yang mempunyai penerimaan sangat peka sehingga bisa mengerti seseorang gay atau bukan, meskipun orang itu merasa tidak mengirim sinyal sama sekali.
-----

Ketertarikan Pram kemungkinan setara dengan ketertarikanku padanya. Aku takkan lupa sekian detik pandangan yang membuka pintu gerbang. Aku paham keberadaan dan ketertarikan Pram. Aku kira Pram juga. Kutundukkan kepalaku lalu kuarahkan lagi pandanganku ke monitor laptop.

Sejenak adegan berubah banyak. Si bule wanita dalam keadaan menungging. Kontol satu pria yang cukup besar sedang berusaha menerobos, entah bagian lubang dubur entah bagian memek si wanita. Perlahan namun pasti batang yang mungkin panjangnya 18 cm itu amblas di antara belahan pantat. Pandangan menjauh dan sekarang tampak bagian depan. Si wanita sedang menjilati kontol pria satunya yang diarahkan ke mulut si wanita.

"Suka mana Rob, depan atau belakang?" Pram bertanya dengan suara tertahan.

"Ha..?!" Tanyaku pura-pura tak paham pertanyaannya.

"Suka ini (sambil mengarahkan kursor ke pantat wanita) ... atau ini (dipindahnya kursor ke bagian mulut wanita)?" ulangnya.

Aku tetap tidak paham. Maksud Pram itu tentang kontolnya, aksinya, atau apa? Tapi kucoba kujawab sekenanya. 

"Suka yang ini...(aku juga menunjuk dengan kursor)" 

Tapi setelah menunjuk tanganku tidak kembali ke pahaku. Kusandarkan pangkal tangan kananku di atas gundukan daerah vital Pram. Ah benar keras. Aku bertambah nakal, kutekan-tekan sedikit. Keras dan kenyalnya pas, sepertinya itu batang kontol Pram. Tiba-tiba tangan Pram menyingkirkan tanganku.

Semula ada perasaan kecewa mulai muncul. Tapi sirna. Tangan Pram meletakkan tanganku di pahaku. Tangan Pram sendiri lalu menelusur ke kontolku dan meremasnya (uughh rasanya man...! Kebetulan pas sekali pegangan Pram), sambil berbisik.

"Aku juga suka. Tapi jangan sekarang. Nanti sesudah kita makan saja."

Bis berbelok ke satu Rumah makan entah di mana. Aku tidak kenal sama sekali tempat itu. 

"Yuk kita ke kamar kecil dulu baru kita makan." ajak Pram setelah membereskan semua barang bawaan dan mengamankannya.

Aku kuntit Pram terus. Di kamar kecil pun, Pram menunggu dua tempat kencing bersebelahan kosong. Setelah banyak orang pergi dari WC, Pram menuju satu tempat kencing di pojok. Aku menyebelahinya. Kami sama-sama kencing. Dan sama-sama saling melirik kontol. 

"Punyamu bagus juga." bisik Pram sambil tersenyum.

Kubalas senyumnya. Kontol Pram juga bagus. Jembutnya tebal dan dalam keadaan setengah ereksi seperti itu, kontol itu cukup besar untuk ukuran yang pernah kulihat. Sungguh itu kontol terbesar yang ada pada pandanganku. Kubayangkan menghisapnya.

"Sekarang?" tanyaku tak kuat menahan nafsu. 

Kontolku yang sudah ngaceng berat kukocok sekali dua kali. Pram melihat sekilas.

"Jangan! Waktu makan kita terbatas. Nanti saja di Bis." kata Pram sambil membereskan celananya.

Acara makan selama setengah jam terasa sangat lama. Meskipun ngobrol kami enak tapi aku tidak lagi konsentrasi. Ada dorongan ingin segera duduk di bis, nonton lagi dan saling pengang kontol atau apapun yang enak-enak. Banyak obrolan selama makan yang tidak masuk ke otakku. Pikiranku waktu itu hanya seks, kontol Pram, mani, dan kocokan saja.Uhhh lama banget sih!

Akhirnya kembali ke bis juga. Jesss..! Bis meninggalkan rumah makan. Malam makin larut dan segera saja suara-suara obrolan penumpang menghilang diganti suasana tidur. Semakin cepat mereka tidur semakin baik. Sementara Pram sedang sibuk membalas sms dan menerima beberapa panggilan melalui telepon genggam. Aku berharap juga segera masuk daerah 'Blank spot' dimana hape tidak lagi mengganggu.

Sebelum Pram menyimpan hape, kami sempat bertukar nomor telepon. Siapa tahu ada bisnis lanjutan. Pram mengeluarkan jaket hitamnya tapi tidak dipakai. Diletakkannyadi antara kursi kami. Lalu dia merapikan selimut. Setelah itu kepalanya mendekat dan mulai menciumi leher dan pipiku. Ada rasa geli tapi kubiarkan. Mulut dan hidungnya menjelajah leherku lalu ahh mulut kami bertemu tapi hanya sebentar.

Pram kembali ke tempat duduknya lalu dia tersenyum. Kurapikan selimutku hingga menutupi dadaku. Tangan kirinya menyelusup ke bawah selimutku dan bergerilya ke arah kontolku yang sudah tegang sedari tadi. Dengan sigap Pram meremas lembut tapi terasa. Uhhh aku sedikit menggelinjang dan mulutku berdesis pelan.

Sementara bis bertambah kencang jalannya. Yah umumnya bis malam lah! Sepertinya bis KJ ini bis paling cepat tapi bisa menjaga irama sehingga penumpang tidak terkaget seandainya sopir mengerem mendadak Sebenarnya lebih asyik kalau bis lebih gelap lagi. Namun ada lampu remang yang ada di sekitar kami. ACnya pun bertambah dingin. Tapi semua tak berarti dibanding gairah di kursi 4a dan 4b. 

Tanganku bergerilya di perut Pram. Aku agak kecewa karena tak kudapati perut kencang berkotak seperti kesukaanku. Tapi saat turun ke pusarnya ada rambut tebal yang pasti akan membimbing ke kontolnya. Aku mainkan rambut pusar Pram sambil terus mengarah ke lebih bawah lagi. Tangan kiri Pram sudah berhasil mengeluarkan kontolku dari resleting depan. Semua itu berlangsung di bawah selimut, jadi hanya kami yang tahu.

"Pram awas!'" bisikku saat kulihat seorang pria yang sedari tadi bersama pacarnya dari bangku paling depan. Pria itu berjalan oleng ke arah belakang, barangkali hendak ke toilet. Si Cepak begitu akhirnya kami memanggil pria itu karena rambutnya memang di pelontos 1 cm. Pram tetap menggenggam kontolku di bawah selimut. Si Cepak sepertinya tahu apa yang kami perbuat tapi acuh. 

Pram melanjutkan kocokannya dan elusan pada kontolku. Ahhh ... enak sekali. Kontolku semakin menegang tak terkendali. Tonjolan kontolku dan tangan Pram tercetak jelas sewaktu melalui jalan cukup terang. Merasa tak sabar, Pram membuka sabuk dan kancing celana sendiri untuk memuluskan tanganku. Kudapati kepala kontol yang basah oleh precum sudah keluar dari celana dalam bagian atas. Hangat dan berdenyut. Besar, sebesar telur bebek.

Kunaikkan selimut yang mulai melorot dari dadaku. Sementara di dalam selimut kubiarkan tangan kiri Pram meraba semua bagian kontolku, pelerku dan juga perutku yang cukup kotak. Tidak seperti aku yang kontolnya hanya keluar dari antara resleting, Pram sudah melorotkan sedikit celana sehingga aku bisa menggerayanginya dengan mudah. Aku mengocok kontol Pram pelan. Sayang kalau dia cepat ejakulasi. Jangan-jangan dia akan menyudahi permainan ini. Aku senang melihat ekspresi wajah Pram yang keenakan. Terkadang Pram menciumku.

Tiba-tiba Pram seperti membeku. Kocokannya berhenti mendadak. Saat kulihat, matanya memberi kode ke atas. Reflek aku langsung menengok sebelah kiri belakang. Kulihat si Cepak sudah di sana sedang berhenti. Entah sudah berapa lama dia melihat kami. Si Cepak tersenyum. Begitupun aku tanpa membuat gerakan apapun sepertinya tidak ada apapun. Tanganku pun membeku di kontol Pram yang rasanya mengecil. Hei! Pram ketakutan. Si Cepak merasa tidak enak dengan senyumanku.Dia berusaha berjalan ke depan dengan sedikit terhuyung menuju tempatnya.

Pram terlihat berkeringat. Lalu dia melepas pegangannya dari kontolku. 

"Kenapa Pram?" tanyaku masih ingin.

"Rapikan bajumu." katanya tegas seperti memerintah. 

Aku merasa bersalah.

"Ada apa? Kamu kenal dia?" tanyaku lagi.

Pram diam. Beberapa kali dia menghela nafas. Pram mencoba memejam mata. Akupun tidak mau mengganggunya lagi. Akupun diam mencoba merenungi kembali, salahkah yang kami lakukan? 

Akhirnya akupun berusaha untuk tertidur supaya besok turun dengan badan tidak terlalu lelah. Rasa ingin kencing tidak tertahan. Aku meninggalkan Pram untuk ke toilet. Di toilet kulihat toilet kering dan agak berbau. Paling tidak orang kencing terakhir seperempat jam lalu. Berarti si Cepak tidak ke toilet. Apa mungkin dia hanya sengaja melihat kami dan yang kami lakukan? Siapa si Cepak itu sih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar