Minggu, 08 April 2012

ganasnya rudal montir


Sabtu siang itu aku ke Bengkel langgananku untuk menservis mobil. Dua orang anak muda mengerjakan service mobilku. Salah satunya seorang anak muda yang kira2 umurnya 15 tahun lebih muda dari aku. Namanya sebut saja Diyans. Bodynya bagus tanpa tempaan fitness. Kulitnya sawo matang gelap. Rambutnya dicukur sangat cepak, kumis dan janggutnya tampak tak tercukur habis. Dia memakai tindik kecil berkilat-kilat bak permata di telinga kirinya. Dia tampak begitu sexy di mataku. Dalam kostum montir yang terbuka resluiting atasnya terlihat dadanya bidang berisi dan bulu2 halus tumbuh di sekitar dadanya yang gempal bidang berisi. Matanya tajam memandangku saat membicarakan mengenai hal2 yang perlu diservis. Jantungku berdetak saat bertemu pandangan matanya. Kerdipan mata dan senyuman serta lidahnya yang menjulur-julur membasahi bibirnya sendiri yang bentuknya penuh dan berwarana merah maroon itu membuat jantungku berdetak-detak. Radarku mengatakan dia itu PLU.

Saat itu sudah jam 5 sore ketika mobilku hampir selesai dikerjakan kedua pemuda itu. Bengkel hampir tutup, karena pemilik bengkel akan pulang maka aku bayar dahulu biaya servis yang telah diketahui jumlahnya. Montir2 lain dan salah satu pemuda yang mengerjakan servis mobilku juga sudah berkemas-kemas untuk pulang. Ada yang mandi lebih dahulu ada yang langsung pulang. Akhirnya mereka pulang semua. Aku tanyakan pada Diyans yang tertinggal sendirian, “Jam berapa selesai servisnya?” Jawabnya parau “30 menit lagi.” Suasana sudah sepi tinggal Diyans saja. Katanya dia juga tinggal di bengkel malam itu berhubung rumahnya jauh. Kurang lebih 30 menit selesailah sudah pekerjaan servis yang dilakukan. Dan dia segera membereskan peralatannya.

Sebelum pulang aku ke toilet untuk buang air kecil, Diyans pun masuk ke toiliet itu untuk membersihkan badan. Diyans membuka kostum montirnya, dan tinggal memakai CD saja. Baru terlihat pantatnya padat liat berisi seperti dua gunung kembar. Tampak tonjolan kontolnya yang cukup besar di dalam cd-nya yang ketat tipis itu. Bulu2 tipis tampak menjalar naik sampai ke pusarnya. Hmm tubuh Diyans yang sawo matang gelap tampak begitu jantan dan sexy. Badannya gempal, pahanya berbulu lebat dan lirikannya matanya mempesona. Kami ber-cakap2 soal mobil yang diservis tadi, sambil kami berdua buang air kecil. Aku lirik rudalnya yang hitam berurat tampak cukup besar. Diapun tenang2 saja ketika aku tanyakan bahwa rudalnya itu cukup besar walaupun belum dalam posisi tidur. Katanya punya Bapak juga. “Ah, punyamu lebih besar,” sergahku. “Boleh aku pegang,” kataku. Dia hanya tersenyum sambil melirik tanda mengiyakan. Saat aku belai dan remas, rudalnya mulai menegak di antara bulu jembutnya yang lebat itu. Kontolnya yang bersunat tegak dan setengahnya agak sedikit bengkok ke kiri seperti ular kobra siap menerkam mangsanya. Helm rudalnya berwarna merah tua gelap berbentuk seperti jamur. Guratan urat2nya tampak mengular-ular seperti spiral. Ujungnya mulai basah dengan precum. Aku pijat2 ujung liang kencingnya, dia menggelinjang dan mendesah shh shh. Diapun memegang milikku. Aku kocok2 kontolnya yang panjangnya kira2 20 cm itu. Kemudian aku kulum kontol jumbonya dan aku remas2 pantatnya yang gempal berisi itu sambil aku berjongkok di depannya. Dia memegangi kepalaku sambil menjambak rambutku sambil menggerakkannya maju mundur. Kemudian aku menghisap pentilnya yang hitam keras itu. Aku pada posisi 45 derajad mengulum kontolnya, dia pun meremas-remas kontolku dan jarinya tangannya yang terus bergerilya menuju pangkal kontolku dan terus meraba bagian belahan pantatku. Ia meremas-remas pantatku dan jari telunjuknya di-sodok2-kan ke lubang anusku. Aku mengerang-erang dan mendesah-desah. Rasanya tak terceritakan. Kemudian dia melumati leherku, terus turun ke bagian pentilku dan di-hisap2nya sambil tangannya meremasi dadaku dengan agak kasar. Akupun meremasi dadanya yang bidang dan penuh itu. Aku menghisap-hisapnya pentilnya yang hitam mengeras sehingga ia menggelinjang kenikmatan. Nafsunya kurasakan tambah memuncak. Kami pun saling berciuman dan saling melumati bibir dengan penuh gairah. Diyans menciumku sambil menjulur-julurkan lidahnya ke dalam mulutku. Bukan main, lidahnya yang ukurannya agak panjang menjelajahi mulutku. Gerakan lidahnya maju mundur membuat sensasi tersendiri yang aku belum pernah rasakan.

Diyans mengajakku ke ruangan dimana dia tidur malam itu. Tetapi, dia berkata akan mandi dahulu. Akupun yang sudah menunggu 4 jam disitu cukup lelah dan agak gerah karena AC rusak sejak satu jam yang lalu. Daripada gerah, akupun masuk ke kamar mandi di sebelahnya untuk basuh badan mulanya. Aku lepas semua pakaianku dan mulai membasuh badanku dengan handuk kecil yang aku bawa. Saat itu Diyans yang sudah mandi masuk ke dalam kamar mandi dimana aku membasuh badan. Tanpa menunggu waktu, segera kamipun saling bergumul dengan posisi berdiri saling menikmati tubuh kami yang memanas Dan dia mengatakan mau membantu basuh punggungku. Dia membasuhkan handuk basah ke punggungku. Kemudian Diyans memegang shower dan menyemprotkan ke bagian belahan pantatku. Akupun tahu maksudnya, kemudian aku me nyemprotkan air ke dalam liang anusku agar bersih dan aku juga membersihkan dengan sabun seluruh tubuhku. Setelah itu, aku mengeringkan tubuh dengan handuknya.

Kemudian kami berdua menuju ke kamarnya. Setelah masuk, kamipun membuka baju kami masing2. Tak sabar kamipun segera bergumul dan saling melumati bibir. Diyans menggesek-gesekkan dagunya yang berbulu kasar karena tidak tercukur habis ke pipi dan leherku. Aku pegang kontolnya yang keras dan hitam itu yang bagian ujung berbentuk seperti jamur. Kujilat precumnya dan hisap2 helm kontolnya yang lezat itu hingga dia mendesah-desah kenikmatan. Setelah itu diapun melumati dan menggigit-gigit kecil leherku serta meremas dadaku dan memelintir pentilku dengan kasar dan lembut sehingga aku merintih-rintih. Tidak sampai disitu, bibirnya terus turun kebawah dan menjilati kontolku yang sudah tegang. Dia terus menjilati dan ujung jarinya menggesek gesek bagian sekelilling anusku dengan ujung jarinya yang sebelumnya telah diberi pelicin dan di-sodok2kan ke dalam anusku keluar masuk. Otomatis rectum anusku mengkerut sehingga ujung jarinya terjepit tapi dia tetap menyodok-nyodok. Aku mendesah-desah kenikmatan. Setelah itu dia meminta aku tidur terlentang dengan posisi pantat ditepi tempat tidur. Aku diminta merentangkan kedua pahaku dan dia menjilati anusku, dan memasukkan telunjuknya ke dalam lobang kenikmatanku. Aku merintih dan mengerang kenikmatan dan membuat celah itu semakin sempit. “Sebentar lagi aku akan menembakkan kejantananku kedalam liang anusmu,” katanya merancau-rancau dengan serak. “Rasakan ya….. nikmatnya ditembak kontol gua yang jumbo ini,” katanya lagi dengan serak dan pupil matanya semakin membesar tanda birahinya semakin kian meninggi. Jantungya terdengar berdetak-detak dan gerakan2 tubuh dan tangannya tanda dia sudah tidak sabar untuk melampiaskan nafsu birahinya yang telah terbakar. “Sedetik lagi rasakan entotanku yang ganas ini ya Pak. Aku akan mengentot mu tanpa ampun”, katanya semakin bernafsu. “Harap siap untuk menerima tembakan kontol gua ya.” katanya dengan suara parau.” Setelah itu, dia naik ke kasur dan memompakan kontol jantannya ke mulutku dengan kasar sehingga aku hampir kehabisan nafas. Kemudian kami tidur berdampingan, lalu Diyans menghisapi pentilku sambil mengentoti aku lagi dan telunjuknya. Rasanya aku tak sabar untuk segera dientot kontolnya yang jantan hitam itu. Aku mengerang-ngerang, dia mendengus, kemudian aku menghisap kontolnya yang keras lembut seperti pisang ambon, hal itu membuat dia melenguh mendesah semakin ganas.

Dimintanya aku terlentang di tepi tempat tidur dan pantatku diganjal bantal, kemudian dia berdiri di antara kedua pahaku, dia merenggangkan kaki ku kemudian menindihku, dan kami bergumul lagi terasa kontolnya menusuk-nusuk ujung lobang anusku. Kulihat di cermin lemari pakaian yang teletak di depan tempat tidur, badan kami bertautan jadi satu, kedua kakiku melingkar di pinggangnya, kulitnya yang hitam sexy itu tampak kontras dengan kulitku. Puas bergumul dan berciuman, dia menyarungi kontolnya dengan kondom dan melumasinya dengan jelly.

Perlahan dia mulai melakukan penetrasi kontolnya ke dalam lobang anusku. Kurasakan benda tumpul mulai memasuki liang anusku. Ketika meleewaati rectum anusku, aku merintih kesakitan dan memintanya untuk berhenti dulu melakukan penetrasi. Tapi dia kurang memperdulikannya, karena sudah dirasuk nafsu jantannya. Sakitnya bukan main karena bentuk helm rudalnya seperti jamur yang lebih besar daripada batang kontolnya yang penuh urat itu. Ia melakukannya perlahan-lahan, dan mulai memasukkan kontol jumbonya. Kemudian, dia mulai mengadakan gerakan maju mundur, dan masuklah setengahnya dan segera karena sudah agak licin semuan batang kejantannya tertanam dalam liang anusku, sakit berganti ngilu dan nikmat. Dia mengentotiku sambil tangannya meremas dada dan menjepit pentilku dengan jari2nya dengan agak kasar. Kemudian dia menegakkan badannya dan lebih merentangkan kakiku agar dia bebas menembakkan rudal jantannya. Pantatnya yang padat berwarna sawo gelap itu tampak di cermin bergerak maju mundur. Karena sakit dan nikmat bercampur jadi satu, rectum liang anusku tambah menjepit-jepit kontolnya. Diyans merancau “Aah uh ah terus kenyot terus jepit kontol gua,” sambil mengadakan aksi gerakan maju mundur. Aku mengimbanginya dengan menggoyang pantatku ke kiri ke kanan. Dia mendesah desah kenikmatan. Aku mengocok kontolku dan dia memompa maju mundur sambil mendengus dengus kenikmatan. Kami berdua seperti berada di surga ke tujuh. Yang terdengar hanya suara lenguhan dan rintihan dan dengusan dalam suasana malam di bengkel yang sepi itu.

Mendekati menit ke lima belas, ia mengentotkan kejantanannya yang hitamnya maju mundur ke dalam liang kenikmatan itu dengan gerakan yang cepat sepertinya dia menginjak gas sampai 100 km, aku mengerang-erang serasa aku mendekati klimaks, anusku semakin menjepit kontol gedenya, Diyans mendengus-dengus kenikmatan, “Ah ah hmm terus jepit terus kenyot kontol gua,” katanya merancau. Badanku terasa bergetar dan pada menit ke lima belas aku memuncratkan sperma dan berlelehan ke perutku. Pada saat ejakulasi itu rectum liang anusku semakin menyempit dan Diyans tambah menggila mengentoti liangku yang menyempit itu, hal itu membuatku mengerang-ngerang antara ngilu dan nikmat. Kemudian sampailah pada klimaksnya, dia menyemprotkan spermanya. Terdengar suara paraunya ah…uh…ah …. tanda kepuasan di antara lenguh dan dengusnya yang menderu-deru. Dia masih menanamkan kontolnya sekitar 2 menit sebelumnya mencabutnya. Badan kami berkeringat karena gulat yang seru itu. Diyans masih menindihkan badannya yang berpeluh sambil kontolnya yang masih agak keras itu tertanam dalam2 dalam liang kenikmatanku, kami berpelukan penuh kepuasan.

Setelah itu kami mengeringkan keringat dengan handuknya, kami pun terlelap selama satu jam tanpa sehelai benangpun dalam kepuasan yang tak terhingga. Ketika aku akan berpakaian, dia mencegah. Sorot matanya liar, sambil menempelkan pipinya ke pipiku dan membisikkan bahwa dia mau membobol liang anus sempitku sekali lagi. Belum aku jawab, segera Diyans menggeluti aku lagi di tempat tidur. Kami bergumul sambil berciuman dan berkuluman lidah.

Nafasku serasa habis karena ditindih dan digeluti badannya yang gempal itu. Setelah itu dia meminta aku berdiri, kemudian memasukkan lagi kontolnya ke dalam liang anusku dari arah belakang. Dia mengentoti aku lagi dengan agak kasar. Diyans mendengus dan tangannya yang kasar itu meremasi dada dan pentilku. Kepalaku menoleh dan kami saling melumati bibir sambil dia terus menyerang lobangku dengan pistol jumbo hitamnya tanpa ampun…….sampai rasanya aku akan memuncratkan air maniku. Diyans terus merojoki liangku dan aku dimintanya membungkuk. Dia mengentotiku dengan doggy style. Begitu ganas dan panas dan liar walaupun ronde ke dua. Dengusan kami berakhir ketika kami mengeluarkan sperma bersamaan 10 menit kemudian.

Setelah cukup beristirahat, aku pun berpakaian dan pamitan pulang. Sebelumnya, kami saling tukar nomor HP dan berjanji temu lagi. Aku setir mobilku pulang dengan badan lunglai karena dirudali dua kali oleh pemuda jantan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar