Jumat, 20 April 2012

Jadi Anggota CIA



CIA, sebenarnya adalah singkatan
dari Cek In Aje. Akronim lelucon
yang biasa kusebut, apabila aku
bermaksud menyalurkankan hasrat
birahi dengan seseorang yang
kuinginkan, di sebuah hotel.
Berikut ini adalah beberapa
penggalan kisah cek in yang pernah
aku lakukan.
Aku terkadang masih sering bertanya
sendiri, termasuk dalam kelompok
apakah aku ini, dengan
kecenderungan ketertarikan
berkelamin sesama jenis. Pada
beberapa rubrik kesehatan, aku
selalu membaca artikel yang
mengupas soal itu. Namun, ulasannya
biasanya hanya sedikit. Karena itu,
tidak dapat memenuhi hasrat
keingintahuanku, tentang dunia ganjil
yang kugeluti. Sehingga, akhirnya,
aku membaca buku berjudul
Perawatan Kesehatan Tanpa Rasa
Malu, karangan dari Charles Moser,
Phd, MD, yang diterjemahkan dari
judul aslinya Health Care Without
Shame.
Tak sengaja aku menemukan buku
tersebut, di rak pamer toko buku
Gramedia, pada penghujung tahun
2000-an ini. Satu lagi adalah, buku
berjudul Gay: dunia kaum homofil,
terbitan Grafiti Press, Jakarta tahun
1987, kuangap sebagai cikal bakal
referensi pencarian jati diri.
Kini aku semakin confidence dalam
menghadapi hidup di dunia margin.
Kusebut demikian, karena dari hasil
studi literature, aku menemukan
diriku tergolong dalam kelompok
yang disebut sebagai bisex.
Aku dapat juga merasakan sensasi
kenikmatan berkelamin dengan
sesama jenis. Walaupun secara
parameter, kuantitas sex intercourse-
nya lebih banyak dengan yang lain
jenis, namun secara makna dan
kualitas, kepuasan lebih banyak
kudapatkan dari hasil hubungan yang
sejenis. Hal ini, kemudian kuanggap,
menjadi keberuntunganku pula,
untuk menutupi keadaan yang
sesungguhnya, siapa diriku
sebenarnya.
Aku, sebenarnya, lebih beruntung dari
mereka, yang benar-benar tidak
punya pilihan lain – sebagai aktulisasi
diri – tampil sedemikian apa adanya
melalui wira laku, wira suara,
ataupun wira busananya sehari-hari.
Sehingga, hanya dengan sekilas
memandang, sudah dapat diketahui
orientasi seksual yang bersangkutan.
Namun, dalam tatanan pergaulan
sosial, tidak jarang fakta itu
kemudian diralat atau dibantah oleh
yang bersangkutan, apabila hadir
dalam komunitas masyarakat hetero,
bila perlu dengan menyelenggarakan
press confrence.
Untuk alasan menjaga reputasi,
kiranya dapat dimengerti dan
dimaklumi sikap tersebut, mengingat
kebiasaan umum yang masih
menabukan soal yang demikian.
Itulah kehidupan dunia ganjil, yang
diliputi kepalsuan dan kemunafikan.
Sayup-sayup dikejauhan kudengar
alunan lagu "dunia ini, panggung
sandiwara.., ceritanya mudah
berubah.."
Buatku, yang mengasyikan dalam
berkelamin sejenis adalah, ketika
kami sedang bergumul, mencumbu
dan mengagumi keindahan anatomi
alat kejantanan. Saling menjilat dan
menelusuri lekuk tubuh atau
menghirup aroma alaminya.
Termasuk di dalamnya adalah
menerapkan istilah-istilah seperti
body contact, blowjob, felatio,
rimming, cumshots, maupun anal
intercourse yang menjadi definisi
operasional dan familiar dalam
komunitas masyarakat penggemar
seks sejenis.
Bagi pendatang baru, awalnya akan
merasakan kecanggungan – lebih
tepat malu – dalam berhubungan
seks sejenis. Namun, biasanya,
perasaan itu berangsur lenyap,
manakala nafsu sudah menjalar ke
seluruh relung tubuh; dengus nafas
yang mulai tidak beraturan dan
denyut jantung yang semakin cepat.
Pandangan mata pun mulai berubah
menuntut suatu penuntasan. Seperti
yang terjadi dal kisah berikut ini.
Pada suatu ketika aku, Adam dan
Sony – seorang hetero – memutuskan
untuk bersantai disuatu karaoke.
Kebetulan kami memang senang
menyanyi. Karena keesokan harinya
libur maka kami memutuskan stay
up di salah satu hotel di ibu kota.
Dari Adam, aku tahu kalau Sony
gemar minum. Karena itu, sebelum
cek in kami mampir dulu ke geray
minuman untuk membeli beberapa
botol minuman serta makanan kecil.
Di kamar hotel, kami ngobrol biasa
sambil minum. Aku membantu
meracik minuman juga menyalakan
rokok untuk Sony. Kulihat Adam
sudah sempoyongan, oleh sebab itu
aku membiarkan ia untuk tidur.
Sementara, Sony, masih tetap tegar
dan asyik bercerita soal
pekerjaannya sebagai account officer
d salah satu bank di ibukota.
Bau alkohol memancar dari mulut
Sony.
Terus terang, aroma itu membuatku
terangsang. Sekonyong-konyong aku
mendekap tubuh Sony dan segera
melumat bibirnya. Awalnya dia
tampak terkejut dengan kejadian
yang mendadak itu. Aku memang
cuma sebentar melumatnya. Hanya
kumaksudkan sekadar sebagai shock
therapy buatnya. Selanjutnya kami
bersikap seolah tidak ada apa-apa.
Aku takjub dengan daya tahan Sony
minum alkohol. Bayangkan, dua
setengah botol dry gin murni
dihabiskan sendiri. Padahal, di
karaoke tadi ia juga sudah minum.
Oleh sebab itu, tidak heran, apabila
Sony kemudian ng-joprak – muntah-
muntah. Wah, terpaksa ku
bangunkan Adam dari lelap tidurnya,
untuk membantu mengangkat tubuh
Sony yang berdimensi 175/70 itu.
Kami membersihkan muntahan Sony
yang berceceran di karpet. Kemudian
memindahkan tubuh Sony yang
tergelatak di lantai ke atas dipan.
Sony mabuk berat.
Dengan pertolongan Adam, aku
membuka kemeja dan celana
panjang Sony. Agar dia lebih nyaman
berbaringnya. Kemudian, kulihat Sony
hanya tinggal mengenakan celana
dalam saja. Di atas dipan tergolek
sosok jantan Sony, dengan sebuah
tonjolan besar membayang dibalik
celana dalam yang dipakainya.
Didasari keingintahuan melihat
sesuatu yang tersembunyi itu maka
aku melepas sekalian celana dalam
Sony. Astaga, aku hampir terpekik
kaget, menyaksikan bentuk
kemaluan Sony yang besar,
menyeruak dari gundukan hitam
pubic-nya yang lebat. Saat itu, aku
tidak bisa menahan diri lagi untuk
tidak berbuat sesuatu.
Tanpa membuang waktu lagi aku
segera menelungkupkan wajah di
atas selangkangan Sony. Tercium
wangi aroma kejantanan pria yang
menebar dari wilayah itu, makin
membuat gairahku melambung.
Perlahan kujulurkan lidahku untuk
menjilat dan mengulum kemaluan
Sony, sambil meremas-remas pubic-
nya yang ikal lebat itu. Tak lama
kemudian, kemaluannya mulai
terlihat meregang dan menampakan
bentuknya yang semakin
mempesona. Aku menjadi gila
dibuatnya. Dengan liar mulut dan
lidahku menjelajah seluruh lekuk
selangkangan Sony.
Sayup-sayup kudengar Sony mulai
melenguh, mendesah serta meracau
"..enyak..sshss..ogh..gglek.." seraya
memutar goyangkan pinggulnya.
Selanjutnya, disela getar dan
gelinjang tubuhnya kulihat Sony
menekuk lutut kakinya dan sedikit
menggangkat bongkahan pantatnya
yang gempal itu. Maka lidahku
dengan mudahnya menjelajahi
lingkar rectum-nya yang terlihat jelas
dikelilingi pubic. Cumbuan itu rupanya
membuat sensasi tersendiri bagi
dirinya.
Pada saat yang sama Adam juga
menelungkup di atas badan Sony.
Lidahnya bergerilya menyapu seluruh
lekuk badan atas dan wajah Sony.
Terkadang menghisap dan menggigit
puting Sony. Tidak jarang menyapu
bagian bawah lengan Sony yang
ditumbuhi bulu yang lebat itu. Dengus
tiga nafas kami semakin
mengaburkan kejelasan ucapan
Sony.
Aku melumasi lubang rectum-ku
dengan gel vaginal lubricant K-Y,
yang kubeli di apotik sebelumnya.
Demikian pula dengan batang dan
kepala penis Sony. Aku ingin di-insert
olehnya. Adam sedang melumat bibir
Sony, seraya meremas kedua dada
Sony, ketika aku mengarahkan
lubang rectum-ku ke penis Sony yang
tegak berdiri itu.
Kemudian, dengan sekali sentakan
seluruh batang penis Sony telah
tenggelam di dalam cengkraman
lubang kenikmatanku. Aku
mengalami kenikmatan yang luar
biasa saat batang kemaluan Sony
terasa melesat menelusuri liang
tubuhku.
Dari penuturan Sony sesudahnya, aku
mendengar bahwa ia merasakan
kehangatan dan sensasi yang hebat,
ketika penisnya sedang menjelajah
terowongan ass-hole.
Betapa ia merasa ada sesuatu yang
memilin, mencengkeram serta
menghisap batang dan kepala
penisnya. Menimbulkan rasa
denyutan dan senut-senut yang aneh
namun mengasyikan.
Apalagi ketika kemudian ia
memuntahkan erupsi lahar panas
asmara yang telah bergejolak di
kepala penisnya. Itulah sebabnya,
aku tadi sengaja – walaupun
berakibat resiko buatku – tidak
menggunakan kondom agar Sony
dapat merasakan secara langsung
sensasi persentuhan organ
kelaminnya dengan bagian dalam
tubuhku.
Ia tidak marah kepadaku. Bahkan
berucap terima kasih telah
mendapatkan pengalaman yang luar
biasa. Walau pada kalimat terakhir ia
tidak secara tegas mengucapkan hal
itu.
Namun, pandangan matanya telah
mengatakan lebih dari apa yang ingin
ia katakan secara lisan. Body
Language. Ya, bahasa tubuh. Sama
seperti saat ia menginginkan kembali
persetubuhan atau cumbuan itu.
Tidak perlu dengan kata atau kalimat.
Cara ia menatap dan gerak tubuhnya
sudah berbicara ketika ia minta
tambah. Aku bisa menangkap bahasa
isyarat-nya. Tak lama kemudian kami
sudah bergumul kembali. Saling
dekap dan pagut memintal hasrat
birahi yang menggelora.
Akan halnya dengan Adam, ia
sahabat terbaikku. Kami sudah biasa
berbagi cinta – three some. Dengan
cara demikian, selain melakukan
persetubuhan kami juga dapat saling
melihat dan merangsang. Menurutku
bercinta bertiga lebih memberikan
kenikmatan. Sebab kami dapat saling
membantu satu sama lain.
Sesudah pergumulan itu, kami tetap
berlaku biasa seperti halnya kaum
hetero lainnya. Sony memiliki gadis,
demikian pula aku dan juga Adam.
Semua berjalan wajar.
Percintaan dan persetubuhan sejenis
bertalian dengan organ tubuh yang
paling rahasia, tentunya hal ini
menjadi sangat pribadi sekali.
Terkadang kita tidak memperhatikan
hal ini hanya karena merasa berasal
dari gender yang sama. Sehingga
menganggap remeh masalah
kebersihan tubuh.
Pengalaman membuktikan, salah
satu sebab gagalnya hubungan yang
lebih intens karena masalah
kebersihan tubuh. Karena itu, yang
paling penting adalah senantiasa
menjaga sanitasi tubuh agar tetap
higienis dan siap saji. Sebab, hanya
karena masalah tersebut bisa saja
appetite seseorang langsung hilang.
Namun dapat juga terjadi, sikap yang
terlalu menjaga image soal
kebersihan dan penampilan
menjadikan figure kelakian
seseorang menjadi hilang.
Seorang lelaki menjadi kelihatan
lebih perempuan dari yang
perempuan. Sesungguhnya. hal
seperti ini, biasanya tidak terlalu
disukai oleh penikmat lelaki. Salah
satu alasan bercinta dengan sesama
lelaki karena mengharapkan sensasi
sensualitas seorang lelaki. Bukan
perempuan.
Karena itu, bersikap seperti seorang
perempuan untuk memikat seorang
lelaki, sebenarnya, malah merusak
esensi ke-gay-an itu sendiri. Be a
man as you are a man. Itu menjadi
sebab lelaki yang feminim tidak
terlalu suka bercinta dengan yang
feminim juga. Hilang sensasi kelakian
yang didamba.
Rambut sebaiknya berpotongan rapi
dan dijaga jangan sampai bau apek.
Telinga agar sering dibersihkan
sehingga tidak terlihat kotoran tepi
daun atau menggumpal di lubang
telinga.
Kebersihan gigi dan mulut perlu
mendapat perhatian. Sehingga tidak
menebarkan aroma yang aneh. Bulu
ketiak sebaiknya dijaga
kebersihannya dan tidak
menggunakan pewangi artificial
berbau menyengat, yang malah akan
semakin membuat aroma tubuh
menjadi tidak karuan.
Lebih baik menjaga kebersihan
badan dan pakaian daripada
menutupinya dengan kamuflase
pewangi buatan. Tentu saja, akan
lebih baik apabila aroma di luar dan
dalam sama wangi dan bersih.
Apabila kemaluan Anda tidak disunat
maka glans penis selayaknya sering
dicuci. Untuk membuang smegma
yang menimbun di lingkar glans
tersebut. Demikian pula dengan bulu
pubic yang juga menuntut perawatan
dan perhatian. Artinya, selalu
dikeramas supaya tidak bau karena
lembab. Biasakan mencuci scrotum
dan rectum sampai bersih dengan
sabun. Jika perlu dibilas pula dengan
larutan disenfektan semacam dettol.
Kaki dijaga kebersihannya agar tidak
berbau. Demikian pula dengan
kukunya.
Terakhir adalah memberikan
perlindungan tubuh dengan
pemberian vaksin anti hepatitis B,
apabila anda belum memilikinya.
Gunakan kondom dan 'selektif' tidak
asal mau sama siapa saja. Terlebih
apabila anda seorang recipient atau
bottom tipe.
Kecenderungan yang terjadi pada
komunitas ini adalah berganti-ganti
pasangan berkelamin (promiscuity).
Itu sah-sah saja. Namun, hendaknya,
tidak dilakukan dengan ceroboh.
Mengingat akibat akhir yang akan
ditanggung nantinya. Misalnya,
tertular penyakit kelamin atau kulit.
Yang lebih menakutkan adalah
terkena HIV.
Disini aku cuma ingin berbagi
pengalaman dan pengetahuan. Tidak
pula aku bermaksud menggurui.
Utamanya kisah ini ditujukan bagi
para pendatang baru komunitas
penggemar seks sejenis.
Aku pernah mengalami perasaan dan
ketakutan yang sama untuk bertanya
kepada orang lain perihal serba-serbi
penyimpangan orientasi seks.
Biasalah, soal martabat dan
kehormatan diri. Apalagi masyarakat
luas masih menganggap hal ini
sebagai sesuatu yang nyleneh, yang
lebih tepat disebut sebagi aib atau
cela. Karenanya harus ditutupi.
Begitulah, setidaknya, menurutku,
masyarakat punya andil dalam
membentuk komunitas kita menjadi
munafik.
Ada lagi pengalaman lain, dengan
Aldi. Aku harus berterima kasih
kepadanya. Ketika ia
mengingatkanku perihal penyakit
kulit yang diindapnya. Mulanya aku
tidak tahu, kalau saja ia tidak
bercerita soal rasa 'kegatalan' di
daerah lipat pahanya. Sehingga
ketika aku akan felatio (blow job)
kepadanya ia mencegah. "Jangan..
deh aku lagi gatal.." Untungnya aku
sempat mendengar ucapannya itu.
Kemudian aku nyalakan lampu yang
tadi kupadamkan. Di tengah nyala
pendaran lampu kulihat tubuh twiggy
Aldi tergolek bugil dengan
kemaluannya yang lumayan besar.
Glans-nya mengkilat menyeruak dari
kulit kulupnya yang tidak di
circumcisi. Warna kulit tubuhnya yang
putih memberikan kontras yang
bagus dengan pubicnya yang
berwarna jelaga.
Aku menelungkup lagi ke arah
selangkanganya guna melihat lebih
dekat. Kulihat ada lesi kulit primer
berupa lepuh-lepuh kecil berisi cairan
jernih dan berkelompok – istilah
medisnya adalah vesikel – yang ada
di sekitar pangkal batang penisnya.
Bagi Aldi, rasanya gatal dan panas
seperti terbakar.
Dari literature, aku menjadi tahu
kalau itu adalah penyakit herpes
simpleks, yang dapat juga ditularkan
oleh kontak orogenital. Menurutku,
kondisi tubuh Aldi saat itu tidak layak
untuk suatu hubungan badan.
Karenanya aku membatalkan
sepihak. Untungnya, Aldi menyetujui
juga. Untuk hal ini, aku berhutang
budi pada Aldi yang telah
menyelamatkanku dari tertular
penyakit herpes-nya itu. Malam itu,
akhirnya kami tidak melakukan apa-
apa.
Sesudah kencan yang gagal – tapi
malah aku syukuri – itu aku meng-
copy-kan literature soal penyakit
tersebut serta memberikan saran
pencegahan dan penyembuhan –
termasuk obat untuk
penyembuhannya. Puji tuhan,
penyakitnya sekarang sudah sembuh
dan Aldi sudah sehat kembali.
Lain lagi kisahku dengan Juan, juga
seorang hetero. Selain
mengundangnya ke rumahku aku
bersama Adam juga biasa
melakukan kencan dengannya di
hotel. Memang dari segi biaya
menjadi high cost. Namun kemahalan
itu menjadi impas apabila
dibandingkan dengan privacy yang
didapat.
Bagaimanapun aku harus melindungi
juga nama baik dan kehormatan
Juan di mata rekan gaulnya. Bahwa
ia tetap seorang yang dikenal
badung, cuek dan jauh dari kesan
anak mami seperti kebanyakan
streotype penikmat seks sejenis yang
aku temui.
Kami sama-sama punya kebutuhan
menyalurkan hasrat seks yang
menggebu. Semacam hubungan
simbiosis mutualisma, itulah yang
menjadi komitmen awal dari
perhubungan ini.
Juan langsung merebahkan tubuhnya
di tempat tidur, begitu kami chek-in
di sebuah hotel. Ketika aku dan
Adam membukakan pakaian dan
celananya ia tetap bersikap
kooperatif. Sehingga kami tidak
mengalami kesulitan yang berarti.
Benar saja, ketika celana dalamnya
kulepaskan nampak kemaluannya
sudah menegang keras seolah
hendak mengatakan say hello
kepadaku. Aku menjilat glans-nya
yang sudah merah mengkilat itu.
Juan tersenyum. Wouw,
pandangannya sangat mengundang.
Aku segera bangkit dan melepas
semua pakaian yang melekat di
tubuhku, demikian pula Adam,
sehingga Juan dan kami menjadi
sama-sama bugil. Tapi kami tidak
ingin segera main meskipun kami
tahu Juan sudah menginginkannya.
Dia berbaring terlentang dengan
menyilangkan kedua tangannya
dibelakang kepalanya. Sangat seksi
penampakannya dalam posisi seperti
itu. Kulit tubuhnya yang putih bersih –
tipikal kulit etnis seberang – di warnai
dengan aplikasi warna hitam bulu
ketiak yang tumbuh lebat bagaikan
genggaman sapu ijuk serta deretan
bulu pubic yang menjalar dari bawah
pusar memenuhi episentrum di
pangkal pahanya. Amazing.
Terus terang, aku paling suka sekali
menghirup aroma bulu ketiak. Buatku
aroma ketiak Juan begitu dahsyat
sehingga mampu membakar hormon
testoteron-ku.
Kehebatan Juan adalah ia tidak
memerlukan pewangi artificial yang
malah akan membuat diriku mual.
Beruntung sekali, aroma tubuh Juan
termasuk 'sopan' sehinga tidak perlu
di-kamuflase dengan sapuan
pewangi tubuh. Akupun menjadi
bebas menjelajah tanpa takut
terkena alergi kontaminasi parfum
dan sejenisnya.
Aku harus berterima kasih kepada
Adam, yang banyak membantuku
dalam segala hal. Termasuk dalam
urusan bercinta. Tanpa dia, aku
kewalahan untuk menyelesaikan
percumbuan itu.
Harus diakui, Adam adalah pemain
cinta yang hebat. Pada dirinya
tergabung totalitas, kekuatan dan
strategi bercinta. Dengan Adam, aku
dapat bebas melakukan three some,
saling bahu membahu, membuat
patner seks kami mencapai kepuasan
persetubuhan sejenis.
Coba deh, kebayang gak sih,
nikmatnya, apabila kamu dicumbui
oleh dua atau tiga orang sekaligus
dalam waktu yang bersamaan. Pada
saat puting susumu dihisap-hisap,
penismu juga merasakan sedotan
cinta yang sama, dan asshole-mu di-
insert atau di-rimming.
Semua memberikan efek denyutan
birahi yang tidak akan dapat
dilukiskan dengan kata-kata, kecuali
mempersilahkanmu untuk
membuktikannya sendiri.
Sony, Aldi, maupun Juan, hanyalah
sekian dari beberapa nama dari
mereka yang pernah berpetualang

cinta dengan kami. Sampai saat ini
dan seterusnya pun Anda tidak akan
pernah tahu siapa sesungguhnya
mereka.
Seperti itu pula kami akan melindungi
privacy Anda apabila bercinta dengan
kami. Begitulah kode etik yang kami
jalankan. So, bercinta sejenis, siapa
takut? Anda berani menerima
tantangan?
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar