Siang itu, seusai sekolah, Imron pulang dengan perasaan resah. Siswa
kelas II SMEA yang berusia hampir 17 tahun itu sedang mengalami dorongan
sex yang menggelora. Tapi dia tak tahu cara yang aman dan nikmat untuk
menyalurkan nafsu birahinya itu. Dia belum berani melampiaskan
syahwatnya itu dengan lawan jenisnya, takut resiko kehamilan dan
penyakit kelamin. Sedangkan merancap sendiri yang dilakukannya seminggu 3
kali sejak mimpi basahnya yang pertama kira-kira 4 tahun yang lalu,
sudah tidak terasa nikmat lagi.
Setibanya di rumah, seperti
biasa setiap siang, dia mendapatkan rumahnya dalam suasana sepi.
Ayahnya, karyawan perusahaan swasta, biasanya pulang malam. Ibunya, guru
SD Inpres petang selalu pulang setelah Maghrib. Wati, kakaknya yang
berkuliah di sebuah PTS di Depok tinggal di kos-kosan tak jauh dari
kampusnya. Setiap siang, dia hanya berdua saja dengan Iding, remaja
berusia 15 tahun asal Sumedang yang sudah setahun menjadi pramuwisma di
rumahnya.
Imron segera mengganti seragam sekolahnya dengan baju
kaos dan celana pendek yang longgar. Lalu menyantap makan siang yang
sudah dihidangkan Iding. Keluarga Imron berlangganan rantang dari sebuah
usaha catering tak jauh dari rumah mereka. Selesai makan, Imron
menyalakan rokok lalu duduk santai sambil memperhatikan Iding
membereskan meja makan. Selama ini dia tidak terlalu mempedulikan
pembantu rumah tangganya itu. Penampilan Iding cukup menarik. Tubuhnya
kecil, tapi ramping dan atletis. Wajahnya lugu kekanak-kanakan, alisnya
tebal, bulu matanya lentik, bibirnya tipis merangsang. Tiba-tiba Imron
terangsang. Entah mengapa, dia membayangkan betapa nikmatnya bila dia
menjepitkan batang kemaluannya di antara paha Iding yang ramping, mulus
dan coklat mengkilat agak kehitaman itu. Padahal selama ini Imron tidak
pernah membayangkan permainan sex dengan teman sejenis.
"Ding,
kalo udah beres ke kamar gue ya!" katanya lalu berjalan masuk ke
kamarnya. Tak lama, Iding menyusul masuk. Dia terkejut melihat anak
majikannya sudah berbaring di ranjang bertelanjang bulat dengan batang
kemaluan yang tegang utak-atik sepanjang 15 cm dengan diameter sekitar 2
1/2 cm. "Mau ngapain Den?" tanyanya dengan jantung berdebar. "Buka
pakaian lu, terus tidur sini di sebelah gue!" perintah Imron. Permainan
sex dengan teman sejenis bukan hal yang asing bagi Iding. Dia sering
melakukannya ketika masih di desa, saat mandi di sungai atau menggembala
kerbau di ladang dengan teman-teman sebayanya.
Selama setahun
bekerja di kota, dia bingung tak punya teman untuk melakukan permainan
nikmat itu. Sekarang, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba anak
majikannya mengajaknya bersedap-sedap dengan benda yang tergantung di
selangkangannya. Setelah melepas pakaiannya, diapun berbaring di samping
anak majikannya dengan batang kemaluan yang langsung tegang sepanjang
12 cm dengan garis tengah kira-kira 2 cm. Imron terkejut melihat alat
kelamin Iding yang cukup besar untuk ukuran remaja sebayanya. Bulu
kemaluan Iding yang masih halus menambah rangsangan birahinya. Dia
menyuruh Iding memainkan batang kejantanannya.
Iding menurut.
Tanpa ragu diraihnya piranti syahwat Imron. Imron mengerang lembut
merasakan nikmatnya kehangatan genggaman Iding pada batang kemaluannya.
Dia menggelinjang menahan geli ngilu yang nikmat tiada tara saat
telunjuk Iding membelai kepala kemaluannya yang segera basah oleh cairan
bening dan lekat. Naluri Imron membuatnya segera meraih batang kemaluan
Iding lalu melakukan hal yang sama. Logika Imron, karena alat kelamin
mereka serupa, apa yang nikmat baginya tentu akan nikmat pula bagi Iding
Giliran Iding menggelinjang merasakan geli ngilu yang nikmat luar
biasa. Lama kedua remaja itu memainkan piranti syahwat satu sama lain,
saling meremas, membelai dan menggelitik bagian peka batang kemaluan
temannya.
Iding yang sudah setahun memendam gejolak birahinya
tidak tahan lagi. Segera ditindihnya Imron sambil mengadu batang
kemaluan mereka. Dipeluknya anak majikannya itu kuat-kuat agar tubuh
mereka semakin rapat menjepit erat batang kemaluan mereka yang
mengganjal di antara perut mereka. Lalu dia menggoyangkan pinggulnya
menggesek-gesek piranti syahwat mereka. Makin lama makin cepat.
Tubuh
keduanyapun panas oleh birahi yang membara. Akhirnya Iding tidak mampu
lagi membendung luapan birahinya. Dia menggigil, kakinya kejang, lalu
dia terkulai lemas di atas tubuh Imron dengan nafas tersengal-sengal,
sementara batang kemaluannya berdenyut-denyut mengeluarkan semburan demi
semburan air maninya yang pucat encer di perut remaja yang lebih tua
itu. Merasakan hangatnya luapan birahi Iding membasahi tubuhnya,
Imronpun segera memuntahkan air maninya yang kental kekuningan,
bercampur dengan air mani Iding membanjiri perutnya. Lama kedua remaja
itu terbaring lemas bertumpang tindih membiarkan denyut kenikmatan
birahi mereka pelan-pelan berakhir.
Iding bangkit lalu kembali
berbaring di samping Imron. "Koq elu tau sih maunya gue!" tanya Imron
yang masih shock belum pernah merasakan kenikmatan seperti itu. "Kalo di
kampung, saya mah udah biasa maen beginian Den!" Iding menjelaskan.
"Yah, kalo tau begitu dari dulu gue ajakin elu maen begini!" Imron
menyesali. "Mau lagi Den?" Iding menantang. Tanpa menunggu jawaban
remaja yang lebih tua itu, dia mendekatkan kepalanya ke selangkangan
Imron lalu menjilati batang kemaluannya mulai dari kantung zakar sampai
ke kepala kemaluannya yang merah kebiruan itu. Nafsu birahi remaja
memang istimewa, karena meskipun baru saja keduanya mencapai puncak
kenikmatan yang meletihkan itu, batang kemaluan mereka tetap tegang dan
keras, siap untuk bertarung lagi.
Imron menggelepar-gelepar
seperti ayam sekarat ketika Iding menghisap alat kelaminnya dengan penuh
perasaan seperti anak balita menyedot botol dot susu. Diraihnya piranti
syahwat Iding lalu dikocoknya dalam irama gerak yang sama. Makin lama
makin cepat. Imron tidak sanggup lagi menahan gejolak syahwatnya. Segera
dikeluarkannya air maninya di dalam mulut remaja kecil itu.
Demikian
dahsyatnya semburan air mani Imron, sehingga Iding hampir tersedak
menerimanya. Tapi dia segera mampu mengendalikan situasi. Direguknya
sebagian air mani Imron tanpa berhenti menghisap batang kemaluan yang
panjang dan besar itu seolah ingin menguras habis sisa air mani dalam
tubuh remaja yang lebih tua itu. Sementara itu piranti syahwatnya
sendiripun kembali berdenyut mengeluarkan air maninya dalam genggaman
Imron. Setelah denyut kenikmatan birahi mereka akhirnya berhenti, Imron
mengajak pembantu rumah tangganya itu ke kamar mandi untuk membersihkan
diri.
Dua hari kemudian, seusai sekolah, kedua remaja yang mabuk
birahi itu kembali bergumul di ranjang Imron. Kali ini Imron ingin
mewujudkan angannya menjepitkan batang kemaluannya di antara paha Iding.
Ditindihnya Iding sambil menyelipkan perangkat birahinya di
selangkangan remaja yang lebih muda itu. Iding merapatkan pahanya
menjepit erat piranti syahwat anak majikannya yang terasa hangat
mengganjal di selangkangannya. "Aaahh!" Imron mendesah lembut merasakan
nikmat pada batang kejantanannya. Lalu dia menggoyang pinggulnya memompa
batang kemaluannya menggesek-gesek paha Iding yang ramping dan mulus,
coklat mengkilat agak kehitaman itu. makin lama makin cepat.
Iding
terpejam-pejam dalam kenikmatan ganda. Dia merasakan geli ngilu yang
nikmat sekali setiap kali kepala kemaluan Imron menyentuh dan
menggelitik kantung zakarnya, sementara batang kemaluannya yang terjepit
erat di antara perut mereka tergesek-gesek dalam geli ngilu yang nikmat
luar biasa. Imronpun melambung dalam kenikmatan dahsyat yang belum
pernah dirasakannya seumur hidup. "Duh, Diinng!! Aduduuhh Ddiinngg! Oohh
Diingg!!" dia mengerang dalam kenikmatan. Dia tak mampu lagi menahan
gejolak syahwatnya. Tubuhnya gemetar, nafasnyapun semakin memburu,
didesaknya batang kemaluannya sedalam-dalamnya di selangkangan Iding.
Lalu dia terkulai lemas di atas tubuh Iding dengan nafas satu persatu
sementara batang kemaluannya berdenyut menyemburkan air maninya di atas
kantung zakar dan paha remaja kecil itu.
Iding menggoyang
pahanya menggesek-gesek batang kejantanan Imron seolah ingin menguras
habis seluruh air mani anak majikannya itu, sehingga Imron mengerang
dalam kenikamatan yang tiada tara. Kemudian dia membalikkan tubuh Imron
sehingga remaja yang lebih tua itu berada di bawah. Sambil duduk di paha
Imron, dia mengocok batang kemaluannya sendiri. Tak lama kemudian, air
maninya yang pucat dan encer muncrat membasahi perut dan dada anak
majikannya. Keduanya terbaring lemas berdampingan dengan tubuh yang
letih dan lemas namun dalam perasaan puas dan bahagia.
Pada
suatu malam, Andi, teman sekelas Imron datang untuk belajar bersama
menghadapi ulangan umum. Tanpa sadar waktu telah larut malam, sehingga
Andi terpaksa bermalam di sana karena angkutan umum sudah tidak
beroperasi selarut itu.
Udara Jakarta yang panas menyebabkan
kedua remaja itu tidur bertelanjang dada hanya mengenakan celana dalam
saja. Mereka berbaring berdampingan di ranjang Imron yang tidak terlalu
besar. Andi berbaring menyamping membelakangi temannya. Jantungnya
berdebar ketika tiba-tiba dia merasakan ada suatu kehangatan yang
mengganjal di belahan buah pinggulnya. "Ndi, lu suka coli nggak?" bisik
Imron. "Suka! Emangnya kenapa?" jawab Andi. "Coli bareng yuk!" ajak
Imron. Andi tidak segera menjawab. Dia belum pernah merancap bersama
orang lain. Tapi gagasan itu cukup menarik. Pelan-pelan batang
kejantanannya membesar, tampak menonjol di balik celana dalamnya.
Dibiarkannya Imron meraih dan menggenggam batang kejantanannya.
Dia
mendesah lembut merasakan nikmatnya kehangatan genggaman Imron pada
batang kejantanannya yang sudah tegang penuh sepanjang 17 cm dengan
diameter kira-kira 3 cm. Jantungnya berdetak keras dalam perasaan tak
menentu. Bingung, malu, suka, takut, penasaran dan nafsu berbaur jadi
satu. Tanpa sadar ditanggalkannya celana dalamnya supaya temannya itu
lebih leluasa memainkan batang kejantanannya. Merasa tidak ada
perlawanan. Dari Andi, Imron semakin berani. Didekatkannya kepalanya ke
selangkangan temannya lalu dijilatinya kantung zakar, batang dan kepala
kejantanan temannya itu. Andi menggelepar-gelepar seperti seorang penari
breakdance merasakan nikmat yang luar biasa. "Oooh Rroonn! Aduddudduhh
Rroonn!!" rengeknya manja.
Imron mengambil Hand & Body
Lotion dari mejanya. Dilumurinya batang kejantanan Andi yang besar dan
hangat dengan cairan pelembab itu. Lalu dia berbaring membelakangi Andi
sambil menyelipkan batang kejantanan temannya itu ke selangkangannya.
Lalu diraihnya tangan Andi dan digenggamkannya di batang kejantanannya
yang sudah tegang. "Pompa sambil kocokin gue Ndi!" bisiknya dengan suara
gemetar akibat birahi membara. Andi menurut. Dia menggoyang pinggulnya
memompa batang kejantanannya menggesek-gesek selangkangan Imron sambil
mengocok batang kejantanan temannya itu dalam irama gerak yang sama.
Makin
lama makin cepat. Nafas keduanya mendengus-dengus bagai lokomotif tua
menebar aroma birahi yang memenuhi kamar tidur Imron. "Ndi, gue mau
keleuar nih! Gue mau keluar nih!" rengek Imron yang tak mampu lagi
mengendalikan luapan birahinya. Andi mempercepat kocokannya pada batang
kejantanan Imron. Kaki Imron kejang menjepit erat perangkat birahi Andi,
lalu batang kejantanannya berdenyut dalam genggaman Andi. Nikmatnya
jepitan erat paha Imron pada batang kejantanannya serta hangatnya luapan
air mani Imron pada hangatnya memancing puncak kenikmatan Andi.
Tanpa
melepaskan genggamannya pada batang kejantanan Imron dikeluarkannya air
maninya membasahi kantung zakar dan paha Imron, mengalir membanjiri
kasur. Keduanya terbaring lemas berpelukan membiarkan denyut kenikmatan
birahi mereka pelan-pelan berakhir. "Enak gila!" bisik Andi kemudian
meniru iklan permen mint yang terkenal itu. "Kapan-kapan lagi ya!" sahut
Imron. "Boleh! Sapa takut!" kata Andi. Imron lega karena sekarang dia
bertambah teman lagi untuk melakukan permainan nikmat yang meletihkan
itu. Diajaknya Andi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sejak
itu, Imron, Andi dan Iding tak perlu resah lagi memendam hasrat birahi
mereka. Hampir setiap hari mereka bergumul mengadu alat kelamin mereka
guna menyalurkan kebutuhan biologis mereka. Cara apapun yang mereka
pilih, saling menghisap, saling mengocok, bergantian menjepitkan batang
kemaluan di selangkangan temannya lalu memompanya, mengadu batang
kemaluan lalu menggesek-geseknya sampai air maninya keluar, tetap saja
langsung enak. Permainan sex sejenis memang merupakan cara yang paling
aman, nikmat dan praktis untuk menyalurkan gejolak birahi remaja.
Sesering apapun mereka bermain mengadu batang kejantanan mereka, dijamin
tidak akan ada yang hamil. Lagipula, mengajak teman cowok bermalam di
rumah tidak akan mengundang kecurigaan orang rumah. Yang pasti, tidak
akan digerebeg Hansip atau Pemuda Masjid! Ada pantun Betawi "Beli areng
di depan pabrik, sembari ngerokok rasanye nikmat; coli bareng emang
asik, dikocok-kocok pejunye muncrat!" Nah, selamat nyobain! Pasti lu
pade bakalan ketagihan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar