Kamis, 19 April 2012

Uniform Mania


Ceritanya berawal pada ketika saya
mulai menginjak SMA, mulai saat itu
saya sangat suka sekali atau
istilahnya terangsang sekali dengan
orang yang berseragam. Saya tidak
tahu kenapa tapi itulah
kenyataannya. Baik itu dengan
sesama teman sekolah, satpam,
orang kantor berdasi, militer atau
bahkan polisi dll.. (asal jangan hansip
saja, he, he, he..)
Semasa remaja saya pun mengalami
seperti remaja remaja ibukota
lainnya yaitu berpacaran dengan
gadis-gadis satu sekolah dan itu
berlanjut sampai saya kuliah. Tapi di
balik rasa suka dengan wanita, tidak
tahu aneh atau apa, saya pun suka
dengan sosok pria, apalagi yang
memakai seragam terutama sosok
polisi yang gagah dengan kemeja
dinasnya, walaupun tidak perlu
berbadan atletis ataupun kekar
seperti binaragawan pada umumnya.
Saya suka yang bersifat kebapakan,
perut agak gendut pun tidak
bermasalah bagi saya. Apalagi
memiliki kumis atau brewok tipis.
Saya tidak tahan
membayangkannya! Sampai
sekarang saya tidak bisa habis
membayangkan kalau saja barang
saya dimainkan oleh (misalnya saja)
seorang polisi yang lengkap sedang
memakai seragam dinasnya. Uaah..
Dan cerita yang akan saya tuliskan
ini benar benar berawal dari Masa
pertemuan saya dengan seorang Om
yang benar-benar membangkitkan
libido saya, begini ceritanya..
Suatu hari di salah satu mall yang
ada di Jakarta, seperti bisaanya
sehabis pekan atau Sabtu, ketika
saya sedang off kerja, saya
menyempatkan diri mampir ke mall
tersebut dengan maksud hanya
berjalan-jalan. Lalu ketika saya
sempat menyantap restoran fast food
yang ada disana plus minum, seperti
bisaa ada keinginan untuk
membuang air kecil di WC yang
letaknya tidak jauh dari situ. Dan
sayapun kesana untuk segera
melakukan itu. Di tengah-tengah
saya sedang membuang air kecil,
tanpa saya sadari ada satu sosok pria
yang juga sedang kencing sedang
memperhatikan saya dan kemaluan
saya. Dan sosok itu tepat berdiri di
samping saya. Dengan rasa ragu dan
takut, ya karena belum pernah
diperlakukan seperti itu sebelumnya,
sayapun tidak berani berlama-lama di
WC tersebut. Setelah mencuci tangan
dan muka, sayapun keluar.
Ternyata dugaan saya benar, pria
tersebut yang lumayan sudah agak
tua (mungkin sekitar 60 tahun
umurnya dan saya pada waktu itu
berumur 20 tahun) mengikuti langkah
saya kemanapun saya pergi.
Akhirnya setelah diikuti beberapa
menit olehnya, sayapun ingin berlari
karena rasa takut mungkin ingin
dirampok atau dipalak dan
semacamnya. Ternyata pria itu tidak
kuat untuk mengejar saya dan
memanggil saya dari kejauhan.
"Dik, tolong saya!", katanya lumayan
kencang.
Saya bingung bercampur heran, lalu
rasa kemanusiaan saya membuat
saya untuk mendekatinya dan
bertanya.
"Kenapa Om ikutin saya terus sih?"
Dengan tanpa rasa basa basi dia
langsung menjawab, "Karena saya
suka kamu!".
Saya bingung hampir tidak percaya.
Lalu dia mengajak saya untuk
berjalan-jalan di mall tersebut
sembari ngobrol kesana kemari, baik
tentang hobi, wanita, olahraga
bahkan games. Sepertinya dia
mengerti segalanya tentang kegiatan
yang ada di dunia ini.
Tidak lama kita berjalan akhirnya dia
berhenti di salah satu toko yang
berukuran lumayan besar. Saya
bingung dan akhirnya dia
mengatakan kalo ini adalah toko
miliknya. Sayapun mengangguk dan
diajak Masuk serta diperkenalkan
dengan semua anak buahnya yang
ada di tokonya tersebut. Diapun
menyuruh saya duduk di bagian
dalam dan dia mengambil sepasang
gelas berisikan air putih. Diapun
duduk di samping saya dan kembali
bercerita kalau dia sudah berkeluarga
dan mempunyai anak. Saya pun
bingung dan bertanya mengapa
kalau sudah punya keluarga apalagi
anak, kok menyukai saya.
Diapun tersenyum dan menjawab,
"Siapa yang suka kamu?".
Hening sesaat dan kembali
menyambung pembicaraannya, "Saya
suka kontol kamu!"
Bagaikan disambar petir saya kaget
dan diapun tau akan reaksi saya dan
kembali berbicara.
"Tenang, dulu sayapun begitu, tapi
setelah bertambahnya umur saya
menyadari kalau diri saya biseks,
suka wanita, juga suka pria, seperti
kamu!".
Saya bingung dan kembali bertanya
bahwa tahu darimana dia tentang diri
saya karena ini baru pertama kalinya
kami bertemu.
Dia kembali menjawab, "Saya bisa
melihat orang dari fisiknya apalagi
matanya, gak mungkin bohong!"
Sayapun menunduk malu dan
berkata, "Iya Om, tapi sumpah
sampai detik ini saya belum pernah
sekalipun bermain apalagi bercinta
dengan wanita apalagi pria, takut
kena penyakit".
Dia pun tertawa mendengarnya.
Dan dia menyambung, "Besok jam 8
pagi tepat datanglah kemari, Om
akan tunggu kamu di sini."
"Saya akan membuatmu merasakan
nikmatnya surga dunia!" Sayapun
mengangguk tanda setuju dan
setelah beberapa menit kita
mengobrol sayapun pamit untuk
pulang.
"Tepat jam 8 pagi? Apa sudah buka
mall sepagi itu?", pikirku.
Ah tanpa banyak pikiran, saya pun
melacu kencang motor saya untuk
sampai di mall tersebut. Setelah
memarkir motor yang memang Masih
benar-benar sepi di perparkiran itu.
Saya beranjak turun dan Masuk dari
pintu Masuk yang memang Masih
gelap tapi sudah dibuka. Akhirnya
saya sudah tiba di tokonya yang
memang ternyata Om yang bernama
Peter ini sudah gelisah menunggu
saya dari tadi.
"Kok lama?" tanyanya.
"Enggak lah Om, baru jam 8 lewat
5!"
Tanpa basa basi lagi saya ditarik
Masuk lalu dikuncinya toko yang
berpintu kaca itu dari luar kemudian
digiringnya saya ke pojok toko yang
berbentuk L itu sehingga orang
manapun tidak dapat melihat apa
yang akan kami lakukan didalam dari
luar.
Wah, pagi ini Om Peter keliatan
gagah disbanding kemarin yang
Cuma memakai T-shirt. Pagi ini ia
memakai kemeja putih tangan
pendek dibalut dengan singlet
didalamnya serta celana bahan
warna coklat tua. Keren sekali
menurut saya karena di umurnya
yang sudah lebih dari setengah abad,
ia masih nampak gagah. Ia
mendorongkan tubuh saya ke pojok
yang paling pojok dengan kemudian
menciumi leher saya dan mulai
membuka kancing kemeja saya satu
persatu sampai TELANJANG DADA
kemudian menjilati puting saya,
aahh.. Saya menggelinjang. Saya pun
bertanya bahwa saya mau diapakan.
Om Peter menjawab, "Kubawa
melayang jauh ke awan!" Saya pun
terdiam karena rasa enak karena
dijilat dan dipegang-pegang oleh
tangannya yang macho membuat
semua dunia terasa berputar dan
tanpa terasa batang sudah mengeras
ke puncaknya.
Tanpa basa basi Om Peter seperti
sudah merasakan adanya tegangan
tinggi dalam diri saya, dia pun
membuka retsleting celana saya,
membuka ban pinggang serta
langsung menelanjangi diri saya
bulat-bulat. Dan untuk pertama
kalinya saya telanjang bulat di depan
seorang pria yang baru saya kenal.
Saya pun pasrah, rasa enak dan
nikmat mengalahkan akal sehat. Dia
pun membuka kemeja putihnya
satupersatu singlet seksi yang
ternyata merk Rider itu dibiarkan
dipakai, lalu dibukanya celana
panjang serta CD miliknya, ternyata
batangnya tidak begitu keras,
mungkin karena faktor usia
menentukan, tapi besar sekali
dengan bulu yang tercukur rapi
seperti saya punya. Saya suka pria
seperti Om Peter, dari lekuk
tubuhnya dapat diketahui bahwa
pada mudanya ia pasti gagah, bentuk
tubuhnya yang tinggi besar, tapi
perutnya agak sedikit membuncit,
pasti karena factor usia juga. Ada
sedikit kumis dan brewok tipis yang
baru tercukur rapi.
Dia dengan ganasnya menciumi
semua tubuh saya dan kemudian
saya disuruh tiduran di lantai dengan
matras tipis yang memang sengaja ia
sediakan sebelumnya. Kembali ia
menciumi tapi kali ini ia mulai
memainkan tangan kokohnya ke
bagian paling sensitive di tubuh gua,
rasa enak bercampur geli kembali
menyatu dalam diri gua. Gua pasrah
pagi ini, sangat pasrah sekali. Mau
apapun gua kasih dah, begitu pikir
gua. Tangan kanannya mulai
mengocok pelan kencang pelan
kencang. Sepertinya Om Peter sudah
ahli dalam menciumi menjilat dan
memainkan tangannya. Ah, betapa
bahagia istrinya yang
mendampinginya selama ini, ia pasti
diberikan nikmat surga dunia seperti
yang diberikannya kepada saya.
Setelah puas mengocok turun naik
kemudian giliran mulutnya ingin
menghisap.
"Lu bener bersih kan?"
"Kalo Om ga percaya kenapa Om
ajak saya? Gua sumpah Om, lu kira
gua juga mau sembarangan!" kata
gua sedikit marah.
"He he he lu jangan marah, gua juga
tau dari pertama kali gua liat elu. Elu
pasti anak baek-baek!", ujarnya
sambil tersenyum.
Ia pun meneruskan permainan
menjelajah yang hebat dengan
memasukkan batang kemaluanku ke
mulutnya dan dikulumnya. aahh..
Rasa apa ini? Tanyaku. Rasa enak
bercampur geli bercampur menjadi
satu, lebih nikmat dari segala apa
yang ada di dunia.
Saya menggelinjang ke kanan ke kiri.
Tapi Om Peter dengan lihainya meng-
ORAL sehingga benar benar nikmat
surga dunia yang gua rasakan.
Sampai akhirnya waktu tanpa terasa
sudah jam 9 kurang 15.
"Om sudah mau jam 9 nih, entar
karyawan Om pada datang lagi."
"Tenang, ini senjata gua paling
terakhir!"
Dia menekan-nekan titik titik dalam
tubuh saya, entah kenapa rasa yang
saya rasakan jauh lebih nikmat dari
sebelumnya, dan dalam waktu yang
singkat serta dalam tempo yang
sependek-pendeknya.
"Om saya sudah ga tahaan nih, mau
keluar..!!"
"Iya kluarin aja, gua siap!" katanya.
Aahh.. Gua bener bener mau kluar
dan dengan sigap dia langsung
menganga. lava putih hangat
memuncrat ke dalam rongga mulut
Om Peter, ditelannya habis tanpa sisa
begitu juga sisa lava yang menempel
di kepala batangku dijilatnya sampai
habis. Wah, memang benar-benar
nikmat pagi ini. Terima kasih Om
Peter, kataku.
"Lho, Om Peter sendiri engga mau
dikluarin, Om?", tanyaku.
"Enggak perlu! Untuk orang seumur
Om, lebih enak membuat orang
keluar, he he".
Dia pun kembali memakai celana
dalam, celana panjang serta kemeja
putihnya dan merapikan semua
seperti seolah tidak terjadi apaapa di
dalam toko ini. Saya pun juga ikut
memakai semua dan merapikan baju
dan celana saya. Kita pun mengobrol
sampai akhirnya jam 9.30 karyawan
Om Peter berdatangan. Dan akhirnya
saya pun pamit pergi.
Tapi sebelum berpamitan, saya
berjanji untuk datang sesering
mungkin 'menjenguk' Om Peter. Ada
satu nasehat berharga dari Om Peter
yang engga bakal saya lupain
selamanya.
"Dik, kita begini karena nasib atau
takdir kita, jangan menyesal untuk
menjadi seorang biseks, kita harus
bangga dengan apa yang kita miliki,
tapi satu hal, elu juga musti kawin
dan punya keturunan".
Mulai saat itu kami sering berhubungan mungkin seminggu
sekali karena jadwal kerja saya yang
padat tapi selalu tepat jam 8 atau
mungkin lebih pagi dan tentunya Om
Peter lebih jago memainkan tangan
dan mulutnya. Dia tidak keberatan
saya menjadi seorang pasif. Dia lebih
senang akan itu, tapi sekarang Om
Peter telah meninggal dunia karena
sakit tuanya. Tepatnya 2 tahun yang
lalu dia meninggalkan saya untuk
selama-lamanya.
Sejak saat itu tidak ada satu orang
pria pun yang dapat menggantikan
kedudukan Om Peterku tercinta.
Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar