Sabtu, 31 Maret 2012

simpanan mama 2

Dari bagian 1


Dua minggu kemudian. Aku baru bangun tidur siang. Sekitar jam tiga sore. Waktu itu hari Rabu, aku enggak ada kelas. Karena itu biasanya habis tidur siang, sorenya aku latihan tenis. Kuubek-ubek kamarku, tapi tak kutemukan dimana raket tenisku berada. Jangan-jangan dipinjam si Toni, pikirku. Adik bungsuku itu memang doyan banget minjem barang-barangku tanpa permisi.

Aku segera menuju kamarnya yang terletak di pavilyun samping bangunan utama rumah kami. Toni memang sengaja diberikan kamar disitu. Maklum ABG. Dia doyan nge-Band bareng temannya. Daripada ribut dengar suara alat musik yang dimainkannya bareng-bareng temannya maka lebih aman meletakkannya disitu. Jadi suaranya tidak terlalu keras terdengar di dalam rumah. Mending suara musik yang dimainkan asyik di dengar kuping. Ini malah musik yang enggak jelas juntrungannya. Metal yang enggak mutu. Ups, jangan salah sangka lagi. Aku bukan anti metal. Aku doyan metal. Tapi metal yang enggak dimaenin sama Toni dan teman-temannya. He… he…

Pintu kamar Toni tertutup rapat. Juga gorden jendelanya. Tumben. Pikirku. Jarang-jarang gorden kamarnya ditutup. Paling juga kalau sudah malem kalau dia tidur. Dari kamarnya terdengar hingar bingar musik metal dari tape. Si Toni berarti ada di kamar, pikirku. Kugenggam gerendel pintu, kuputar. Tak terkunci. Kubuka pintu dan langsung melongokkan wajahku ke kamarnya. Aku sudah bersiap-siap untuk ngomel ke dia.

“Toni! sudah berapa kali gue bilang, jangan ambil barang-barang gue seenaknya… Hahhh?!!!,” kata-kataku terhenti segera.

Mulutku menganga, tenggorokanku rasanya tercekat. Mataku melotot melihat peristiwa yang terjadi dalam kamar Toni.
Adikku itu sedang bermain cinta di kamarnya. Tubuhnya telentang di atas ranjang. Pakaian sekolahnya belum terlepas seluruhnya. Hanya resleting celananya saja yang terbuka lebar. Kontolnya yang nongol dari celah resleting itu, ngaceng total sedang dikulum oleh seseorang yang sedang menungging dalam posisi berlawanan arah dengan Toni di atas tubuhnya.

Aku sih sudah tahu kalau kelakuan adikku yang masih ABG ini sama bejatnya seperti aku. Aku sudah sangat tahu kalau dia doyan ngesex dengan orang lain. Harusnya aku tak perlu kaget melihatnya sedang in action seperti ini. Tapi gimana aku enggak kaget kali ini, yang kulihat saat ini sangat tidak biasa. Toni maen kulum-kuluman kontol bukan dengan cewek. Tapi dengan cowok men. Dan cowok yang sedang mengulum kontolnya itu adalah si Willy! Shit!

Si Tonipun edan. Masak mulutnya juga ngulum kontol si Willy? Ngawur! Yang benar aja, kontol gede si Willy itu dikuluminya dengan penuh nafsu seperti ngulum permen lolipop saja. Toni kulihat salah tingkah setelah menyadari kehadiranku. Buru-buru dilepaskannya kontol si Willy dari mulutnya. Ia segera bangkit dan membereskan celananya. Sementara si Willy kulihat tenang-tenang saja.

“Ngapain Tom? Masuk kamar gue kok enggak ngetuk pintu dulu,” kata Toni terlihat kurang suka padaku.
“Memang elo pernah ngetuk pintu kalau masuk kamar gua?” sahutku. Kupandangi keduanya dengan tatapan tajam. Willy kulihat tersenyum padaku.
“Hai Tom,” katanya melambaikan tangan seperti tak ada apa-apa.
“Ngapain elo berdua?” kataku dingin.
“Enggak ngapa-ngapain. Mau ngapain elo?” sahut Toni masih salah tingkah.
“Enggak ngapa-ngapain?! Jelas-jelas mata gua ngelihat elo berdua sedang emut-emutan kontol kok elo bisa ngomong enggak ngapa-ngapain. Elo homo?!” kataku.
“Siapa yang homo? Enak aja!” kata Toni protes.
“Kalau bukan homo, apa namanya cowok sama cowok emut-emutan kontol begitu? Nah elo, kok elo bisa…,” kataku pada Willy.

Kalimatku tak kusambung. Aku menatap bingung padanya.

“Sante aja men. Ini hal yang biasa kok,” sahut Willy tanpa beban.
“Biasa???!” tanyaku bingung. Dahiku mengernyit.
“Iya. Gue sama Toni kebetulan lagi sama-sama horny. enggak ada pelampiasan, ya sudah, kenapa kita enggak maen berdua aja. Toh tujuannya cuman untuk melampiaskan birahi doang. Maen sama cewek juga emut-emutan kan. Gua punya mulut, Toni punya mulut, kan bisa dipake untuk ngemut. Hasilnya tetap sama kok,” sahut Willy tenang.

Gigolo ganteng itu benar-benar tenang luar biasa. Sepertinya apa yang dilakukannya bersama Toni itu bukan hal yang aneh. Aku jadi terkesima mendengar jawabannya. Toni kulihat mengangguk-angguk mendengar kata-kata Willy. Duduk dengan seragam SMUnya diatas ranjang, adik bungsuku itu tak berkata apa-apa.

“Gua enggak ngerti deh. Gua yang gila atau elo berdua yang gila,” kataku.
“Enggak ada yang gila Tom. Apa gue pernah ngatain elo gila karena elo suka mandangin kontol gua? enggak pernah kan?”
“Maksud elo?”
“Jangan pura-pura bego. Gue tahu kok elo suka curi-curi pandang lihat tonjolan di selangkangan gue. Apalagi kalau pas gue telanjang bulat. Mata elo kan sampai melotot ngelihat adik gue ini kan,” kata Willy.

Ia menggoyang-goyangkan kontolnya yang sudah lemas. Memamerkannya padaku. Aku tak tahu mau bilang apa lagi. Tak kusangka Willy mengetahui kalau aku selalu memperhatikan perkakasnya selama ini.

“Sudahlah. Sekarang elo mau berdiri terus disitu sambil ngelihatin kita sekaligus melototin kontol gue, atau mau ikutan bareng kita menikmati anugerah yang kita miliki. Tom kita harus bersyukur lo, kita bertiga kan dianugerahi kontol yang punya ukuran diatas rata-rata. enggak banyak lo orang yang dianugerahi hal beginian,” kata Willy.

Benar yang dikatakan Willy. Kami bertiga memang punya ukuran kontol yang diatas rata-rata. Adikku si Tony kulihat juga punya kontol yang gede. Ukurannya enggak jauh-jauh dengan ukuranku.

Akal sehatku sirna. Aku yang memang sudah cukup lama tergoda dengan kontol si Willy akhirnya pasrah saja saat Willy dan Toni membimbingku ke arah ranjang. Kubiarkan saja mereka mempreteli seluruh pakaianku. Kami bertiga telanjang bulat di dalam kamar Toni.

Willy memberikan penghormatan khusus padaku. Rasa penasaranku pada kontolnya yang gede itu dipuaskan olehnya. Willy mengangkangi leherku saat aku berbaring telentang di atas ranjang. Kontolnya yang besar ditampar-tamparkannya ke pipiku. Birahiku menggelegak. Pertama kali seumur hidupku aku diperlakukan seperti ini. Saking menggelegaknya birahiku akhirnya apa yang tak pernah terpikirkan selama ini dibenakku kulakukan. Kukulum kontol Willy sepuas-puasnya. Aku menggila. Seperti anjing ketemu tulang, kulahap kontol Willy. Aku tak ubahnya Mamaku dan Mimi yang tergila-gila pada kontol gigolo ganteng ini.

Rupanya Tonipun sama tergila-gilanya seperti aku. Ia berebutan denganku mengerjai kontol besar si Willy. Seringkali kudorong wajah ganteng adikku yang masih abg itu menjauhi kontol Willy, karena aku sudah tak sabar ingin memasukkan batang gede itu dalam mulutku. kalau sudah gitu, Toni cuman bisa bersungut-sungut padaku. Aku cuek aja. Sementara Willy tertawa melihat kami berebutan kontolnya seperti itu.

“Kalian sekeluarga sama binalnya deh,” komentarnya.

Ia pasti teringat pada Mama dan Mimi saat mengoral kontolnya. Pasti sama maniaknya seperti aku dan Toni.

Aku jadi terlupa, bahwa aku laki-laki straight. Aku jadi menikmati permainan laki-laki seperti ini. Willy rupanya tak mau melewatkan kontolku dan Toni. Dia segera membalik tubuhnya berlawanan arah denganku. Aku dan Toni sama-sama berbaring telentang bersisian. Mulut kami bergantian mengulum kontol Willy. Sementara Willy yang menungging diatas kami menggilir kontolku dan Toni. Mulutnya ganti berganti mengulum kontolku dan kontol adikku itu. Saat mulutnya di kontolku, tangannya mengocok kontol Toni. Begitu juga sebaliknya.

Sore itu aku tak jadi latihan tenis. Kebetulan Mama belum pulang dari kantor, dan Mimi tak ada di rumah, kami puas-puaskan bermain sex bertiga. Segala apa yang memungkinkan, kami lakukan bertiga. Termasuk juga saling menyodomi satu sama lain. Baby oil yang biasanya digunakan Toni untuk coli, kami gunakan sebagai pelumas agar kontol tak terlalu sulit memasuki lobang pantat. Meski dianal adalah kali pertama buatku, tapi aku ternyata bisa menikmatinya. Diantara rasa sakit dimasuki kontol dalam lobang pantat, aku merasakan juga nikmat yang luar biasa.

Saat sore menjelang, kami segera cabut menuju kost Willy. Kami tak mau terganggu dengan kepulangan Mama dari tempat kerjanya. Pada Mama, Willy menelpon bahwa dia tak menginap di rumah kami malam itu. Ada kerjaan, alasannya pada Mama. Sementara aku dan Toni tak perlu menelpon Mama. Sudah biasa kami tak tidur di rumah. Jadi Mama tak akan merasa aneh. Malam itu kami puas-puaskan bermain cinta bertiga. Tak peduli, bahwa aku dan Toni adalah saudara kandung, kami juga saling menyodomi.

Setelah beberapa kali bersetubuh, akhirnya kami bisa memahami posisi masing-masing. Meskipun kami sama-sama fleksibel saat bercinta, namun Toni lebih suka pada posisi dianal, baik olehku maupun Willy. Sedangkan aku dan Willy suka keduanya, baik dianal dan menganal. Hanya saja aku lebih menikmati dianal oleh Willy daripada oleh Toni. Kontol Willy yang sangat besar sungguh membuatku keenakan. Aku sampai menggelepar-gelepar saat dianalnya.

kalau menganal, aku lebih suka melakukannya pada Toni. Aku sangat suka melihat ekspresi adikku yang sepertinya kesakitan namun terus memaksaku untuk mengentotnya dengan buas. Sedangkan kalau menganal Willy, aku tak menemukan ekspresi itu. Willy sudah sangat profesional dalam hal ini. Ternyata dia adalah gigolo bagi wanita dan laki-laki sekaligus. Saat dientot, ekspresinya hanya penuh kenikmatan saja. Lagipula, lobang pantat Willy tak sesempit lobang pantat si Toni. Lobang pantat Willy sudah mengendor. Dia sudah sering dientot oleh laki-laki lain.

Kami bercinta tiada henti. Willy memberikan kami minuman rahasia miliknya. Minuman yang membuat tenaga kami tak kunjung sirna. Pantas saja tenaga gigolo ini bak kuda liar. Ia punya ramuan rahasia rupanya. Saat kutanyakan pada Willy, apa cairan itu dan darimana ia memperolehnya, gigolo itu tak mau mengatakannya padaku.

“Ini rahasia perusahaan,” jawabnya. Aku dan Toni tertawa mendengar jawabannya.

Hari kamis esoknya, harusnya Toni sekolah. Tapi adik bungsuku itu bolos. Aku juga bolos kuliah, pun Willy. Kami seperti mesin sex. Toni tak bosan-bosannya memintaku dan Willy bergantian menghajar lobang pantatnya. Dia benar-benar ketagihan.

“Pantes aja cewek-cewek suka dientot. Enak banget men,” komentarnya.

Pantat Toni yang putih dan montok penuh semangat bergerak saat Willy atau aku menyodominya. kalau kupikir-pikir, goyang ngebor Inul, kalah jauh deh dibandingin ngebornya si Toni. Membuatku dan Willy tak kuasa untuk menahan orgasme. Sperma kami tumpah memenuhi lobang pantat adikku itu. Kamar kos Willy semerbak dengan bau sperma dan keringat kami. Bau ini malah semakin membuat kami bernafsu untuk mengentot lagi dan lagi.

Setelah sore, akhirnya kami kembali ke rumah. Dan sejak itu kami menjadi rutin ngesex bertiga. Mencuri-curi kesempatan tanpa sepengetahuan Mama dan Mimi. Apa yang kami lakukan adalah rahasia kami bertiga. Tak perlu orang lain tahu. Termasuk juga cewek-cewek kami. Apalagi Mama dan si Mimi.


E N D

simpanan mama 1

Mamaku itu memang hebat. Di usianya yang sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Karena hidup dengan Mama sejahtera, maka aku memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia bercerai dengan Papaku setahun yang lalu.

Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai rendahan, mana bisa memenuhi kebutuhanku yang doyan hura-hura. Jangankan membelikanku mobil, sepeda motor aja Papa enggak bisa. Dua orang adikku juga memilih tinggal bersama Mama. Sama sepertiku, mereka juga doyan hura-hura. Ngabisin duit Mama yang aku enggak tahu gimana caranya, selalu saja ada. Apa yang kami minta selalu bisa dipenuhinya.

Namaku Tomi. Semester enam fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta yang beken di Jakarta. Adikku Mimi. Juga kuliah di fakultas ekonomi satu kampus denganku. Tapi dia masih duduk di semester dua. Adikku yang paling kecil, Toni. Dia masih kelas tiga SMU.

Dari kecil selalu hidup bergelimang harta, dari penghasilan Mamaku, membuat kehidupan glamour sangat melekat pada diri kami. Masing-masing kami dibelikan Mama mobil sebagai alat transportasi. Uang jajan tak pernah kurang. Karena itu aku dan adik-adikku tak pernah protes dengan apapun yang dikerjakan oleh Mamaku. Aku dan adik-adikku selalu kompak membela Mama. Termasuk saat bercerai dengan Papa. Padahal sebab perceraian kedua orangtuaku itu adalah jelas-jelas karena kesalahan Mama. Papa menangkap basah Mama sedang pesta sex dengan tiga orang gigolo muda di hotel!

Meski begitu, aku dan adik-adikku tetap aja kompak membela Mama. Soalnya belain Papa juga enggak ada untungnya. Lagian kelakuanku dan adik-adikku juga enggak beda-beda amat sama Mama. Aku dan Toni pernah bawa perek ke rumah. Si Mimi tahu tentang hal itu dan dia sih santai-santai aja. Soalnya dia juga sering bawa cowok ganteng ke kamarnya.

Setelah bercerai, rumah kami yang megah jadi seperti rumah bordil aja deh. Mama, aku, Mimi, dan Toni, rutin bawa partner sex kemari. Karena kami sama gilanya, jadi asyik. Kalau waktu ada Papa enggak asyik. Papa suka rese. Meski tak bisa memarahi kelakukan binal anak-anaknya, tapi Papa suka ngomel atau ngasih nasehat. Huh, menyebalkan aja Papaku itu.

Dari banyak cowok, si Willy yang paling sering dibawa Mama ke rumah. Dia tuh, kayak suami baru Mama aja jadinya. Hampir tiap hari dia ada di rumah. Paling kalau Mama lagi bosen dan ingin cari variasi pasangan lain, barulah dia ngibrit dari rumahku, balik ke kostnya.

Karena seringnya si Willy di rumah, aku dan adik-adikku jadi akrab dengan dia. Apalagi usianya enggak jauh dariku. Dia juga masih kuliah. Umurnya hanya lebih tua dua tahun dariku. Obrolan kami nyambung. Tentang apa saja. Otomotif, sport, musik, dan pasti ngesex. Hehe. Bisa dibilang, si Willy ini piaraan Mama. Segala biaya hidupnya, Mamaku yang nanggung.

Si Mimi paling senang dengan keberadaan Willy di rumah. Piaraan Mama itu dimanfaatinnya juga buat muasin nafsunya yang binal.

“Habisnya si Willy itu ganteng banget sih. Macho. Mana bodinya oke banget lagi. Belum lagi kontolnya. Gede banget Tom. Ngesexnya gila-gilaan. Pantes aja Mama paling demen ama dia dibandingin ama gigolonya yang lain,” kata Mimi padaku suatu hari. Dasar nakal. Dasar maniak tuh si Mimi.

Mendengar cerita si Mimi tentang kontolnya si Willy membuatku penasaran juga. Eits. Jangan salah sangka dulu men. Aku bukan gay. Jelas-jelas aku cowok straight. Cuman, dengar ukuran kontol orang sampai 28 sentimeter kan jelas bikin penasaran. Jangankan aku, cowok lain pasti juga penasaran. Gila aja kontol bisa segede itu!

Selama ini kupikir kontolku sudah paling gede. Panjangnya sekitar delapan belas senti. Susah-susah lho, cari kontol sepanjang punyaku ini di Indonesia. Ternyata punya si Willy malah lebih gila. sampai 28 senti men, selisih sepuluh senti dari punyaku. Ambil penggarisan deh, liat dari titik 0 senti sampai 28 senti, panjang banget kan ukuran segitu.

Meski penasaran, enggak mungkin kan aku permisi ke dia buat liat kontolnya. Gila aja. enggak usah ya. Pernah kepikiran buatku untuk ngintip dia saat ngentot dengan Mamaku atau si Mimi. Tapi males ah. Ngapain juga ngeliat saudara kandung sendiri ngentot. enggak ada seru-serunya. Entar aku jadi incest lagi. Bikin berabe aja.

Namun, yang namanya rezeki memang enggak kemana. Waktu itu malem hari. Hampir dini hari malah. Aku baru pulang. Biasalah, ngabis-ngabisin duit Mama. Semua orang sudah tidur kayaknya. Kerongkonganku rasanya kering banget. Haus. Aku langsung ke dapur, ingin ngambil minuman dari lemari es.

Pas aku nyampe di dapur aku terkesima. Kulihat Mama sedang berbaring telentang di atas meja makan kami. Pakaian atasannya terbuka memamerkan buah dadanya yang masih kencang dan besar. Sementara bagian bawah tubuhnya tak menggenakan penutup apa-apa. Sekitar memeknya yang penuh jembut lebat kulihat belepotan cairan putih kental sampai ke perutnya. Banyak banget. Mama tak sadar dengan kehadiranku, karena saat itu ia sedang memejamkan matanya sambil mendesah-desah.

“Nggg… Enak banget Will,” katanya dengan suara mendesis. Rupanya dia baru aja dientot sama si Willy di atas meja makan itu.

Aku segera mengalihkan tatapanku dari tubuh Mamaku yang mengangkang itu. Entah kenapa, kok aku rasakan aku kayaknya terangsang. Bisa berabe nih. Pandanganku kualihkan ke lemari es. Saat menatap ke arah sana aku kembali kaget. Disana berdiri si Willy. Dia tak menggenakan pakaian apapun menutupi tubuhnya. Badannya yang tinggi dan kekar berotot itu polos. Dia sedang menenggak coca cola dari botol.

Mataku langsung menatap ke arah kontolnya. Gila men. Si Mimi enggak bohong. Di selangkangannya kulihat sebatang kontol dengan ukuran luar biasa. Sedang mengacung tegak ke atas mengkilap karena belepotan spermanya sendiri kayaknya. Batangnya gemuk, segemuk botol coca cola yang sedang dipegangnya. Panjang banget. Kepala kontolnya yang kemerahan seperti jamur melewati pusarnya. Batang gemuk itu penuh urat-urat. Aku sampai melotot melihatnya. Kupandangi kontol itu dengan teliti. Ck.. Ck.. Ck.. Sadis.

“Baru pulang Tom?” kata Willy menegurku.

Ia sudah menyadari kehadiranku rupanya. Aku segera menolehkan pandanganku dari kontolnya. Gawat kalau ia tahu aku sedang serius mengamati detil kontolnya itu.

“He eh. Iya,” sahutku sambil mengangguk.

Untung saja lampu di dapur itu bernyala redup. kalau terang benderang, pasti Willy bisa mengetahui kalau wajahku sedang bersemu merah saat itu. Malu.

Mamaku yang sedang berbaring lemas diatas meja makan tiba-tiba melompat bangun. Ia sibuk mencari-cari roknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang terbuka.

“Eh, Tomi. sudah lama kau datang?” kata Mama dengan ekspresi malu.
“Baru aja ma,” sahutku.

Aku beraksi seperti tidak terjadi apa-apa disitu. Segera kuambil minuman dingin dari lemari es. Tubuh Willy yang berkeringat tepat disampingku. Saat mataku melirik ke arah dalam lemari es, mencari minuman, kusempatkan untuk melirik sekali lagi ke arah batang kontol Willy. Kali ini aku bisa melihatnya lebih jelas. Karena ada bantuan penerangan dari lampu lemari es. Gila! Bagus banget bentuk kontolnya, pikirku.

Setelah mendpatkan minuman dingin, aku segera meninggalkan dapur. Tinggallah Mamaku dan Willy disana. Aku tak tahu apakah mereka masih melanjutkan lagi permainan cabul mereka atau tidak. Yang pasti sepanjang jalan menuju kamarku, pikiranku dipenuhi dengan kontol si Willy yang luar biasa itu.

“Gila! Gila!” rutukku dalam hati.

Kok aku bisa mikirin kontol punya cowok lain sih? Ada apa denganku ini? Rasanya malam itu aku susah untuk tidur. Setelah membalik-balikkan badan beratus kali di atas ranjangku yang empuk, barulah aku bisa tertidur. Itupun setelah jarum jam menunjukkan pukul empat pagi. Sebentar lagi pagi menjelang.

Berjumpa dengan Willy keesokan harinya aku jadi rada-rada grogi. Entah kenapa. Mataku jadi suka mencuri pandang ke arah selangkangannya. Aku jadi menyadari, kalau ternyata saat selangkangannya ditutupi celana seperti itu, ukuran tonjolan diselangkangan itu, memang beda dengan punyaku. Jauh lebih menonjol kayaknya. Gila! Gila! Rutukku lagi dalam hati. Kok aku jadi mikirin itu aja sih?!

Si Willy sih enggak ada perubahan. Ia tetap cuek aja seperti biasanya. Ia tak merasa ada yang aneh dengan kejadian semalam. Sepertinya ia tak perduli kalao aku memergokinya telanjang bulat bersama Mamaku. Kayaknya, buatnya itu hal yang lumrah saja. Dasar gigolo profesional dia.

Sebulan berlalu. Dan selama rentang waktu itu, aku jadi pengamat selangkangan Willy jadinya. Entah kenapa, aku selalu berharap akan punya kesempatan lagi untuk ngelihat perkakas gigolo itu. Tapi tak juga pernah kesampaian. Sampai suatu hari.
Aku ingin berenang pagi-pagi di kolam renang yang ada di halaman belakang rumahku. Ketika aku sampai di kolam renang mataku langsung menangkap sebuah tontonan cabul. Si Mimi sedang ngentot dengan Willy. Dasar nekat si Mimi. Padahal Mama kan masih ada di kamarnya pagi-pagi begini.

Adikku yang cantik dan sexy itu sedang nungging di tepi kolam renang. Dibelakangnya Willy asyik menggenjot kontolnya dalam lobang vagina adikku itu. Genjotannya liar dan keras. Menghentak-hentak. Tubuh si Mimi sampai terdorong-dorong ke depan karena hentakan itu. Kelihatannya si Mimi keenakan banget. Bibir bawahnya digigit-gigitnya dengan giginya. Ia menggelinjang-gelinjang sambil merem melek menikmati hajaran kontol Willy yang luar biasa itu di memeknya.

Aku terangsang hebat. Celana renang segitiga yang kukenakan, tak lagi bisa menampung kontolku yang membengkak. Aku tak tahu. Aku terangsang karena apa? Apakah karena melihat persetubuhan mereka, atau karena serius mengamati kontol besar Willy yang keluar masuk vagina si Mimi itu. Entahlah.

Tanganku langsung mengocok batang kontolku yang sudah kukeluarkan dari celana renangku. Kukocok sekuat tenaga. Cepat. Aku ingin segera menumpahkan spermaku.

“Eh, Tom. Ngapain luh?” tiba-tiba kudengar suara Mimi menegurku.

Mataku yang sedang merem melek langsung menatapnya. Kulihat ia menolehkan wajahnya yang cantik memandangku yang sedang berdiri mengangang sambil ngocok. Willy tersenyum memandangku. Mereka tak menghentikan permainan mereka.

“memang lo enggak bisa liat, gue lagi ngapain,” jawabku cuek. Willy tertawa kecil mendengar jawabanku.
“Gila lo,” kata Mimi. Setelah itu ia kembali asyik menikmati genjotan Willy.

Akhirnya akupun orgasme sambil memandangi Mimi dan Willy yang terus bercinta. Tak lama setelah itu si Willy yang orgasme di mulut Mimi. Sebelum spermanya sempat mencelat dari lobang kencingnya, Willy menyempatkan menyabut kontolnya yang gemuk dan panjang itu dari vagina Mimi. Lalu disuruhnya Mimi membuka mulutnya lebar-lebar menyambut tumpahan sperma Willy yang deras. Aku benar-benar terbius birahi melihat detik-detik Willy menumpahkan spermanya di mulut adikku itu. Entah kenapa nafsuku terasa menggelegak melihat kontol itu menyemburkan spermanya yang deras berulang-ulang. Kupelototi setiap detik orgasme Willy itu tanpa berkedip sama sekali. Aku tak ingin kehilangan momen yang indah itu sedetikpun.

“Gila lo. Adik sendiri ngentot ditonton,” kata Mimi padaku.

Saat itu kami bertiga berbaring di tepi kolam renang kelelahan. Kalau orang melihat kami saat itu, mereka tidak mengetahui kalau kami baru saja orgasme tadi. Yang melihat pasti hanya mengira kami sedang berjemur menikmati cahaya matahari di tepi kolam renang.

“Habisnya elo berdua sama gilanya sih. Masak pagi-pagi ngentot disini. Ketahuan Mama gimana?” sahutku.
“Cuek. Mama enggak bakalan bangun. Sebelum ngentotin gua, Mama habis dihajar sama si Willy. Jadi Mama pasti sedang ngorok kecapaian,” jawab Mimi yakin.
“Benar Wil?” tanyaku.
“Yap,” sahut Willy singkat.

Dasar si Willy. Habis ngentot dengan Mama, masih sanggup ngentoti si Mimi sebinal tadi. Benar-benar profesional nih cowok, pikirku. Itu pengalaman keduaku melihat kontol si Willy. Seru? Belum! Ada pengalaman berikutnya yang lebih seru dari itu.


Ke bagian 2

PRIA YG DI CINTAI SUAMI KU


ASTRID BERCERITA:

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja, menurutku.

Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah, RANGGA, suamiku, tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.

Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah RANGGA cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar WULAN, anak kami sekolah. Tidur Rangga sangat sedikit, makannya pun sedikit.
--Aku pikir dia workaholic.

RANGGA menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itu pun kalau aku masih bangun.
--Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluar pun hampir tidak pernah.
Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, Rangga lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas.
--Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.


   ---------------------------------------  

Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 9 tahun pernikahan kami.

Sampai suatu ketika, di suatu hari yang terik, saat itu suamiku dibawa ke ICU karena mendadak sakit, akibat jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di rumah sakit, karena sampai terjadi perforasi di ususnya.
Tubuh Rangga tergolek lemah tanpa daya di ruang ICU dan wajahnya yang tampan terlihat pucat.

Pada saat di ICU itulah, seorang pria yang tak kukenal datang menjenguk Rangga.

Dia memperkenalkan diri, bernama DERRY, temannya Rangga saat KULIAH dulu.
Aku tidak tahu bagaimana mereka dulu berteman karena usia Derry 4-5 tahun lebih muda dari suamiku, JAUH LEBIH MUDA.  Dia bilang Rangga adalah seniornya Derry di kampus. 

DERRY, lumayan ganteng, tapi tidak terlalu tampan juga, dan sikapnya begitu sederhana, tapi aku belum pernah melihat mata yang begitu mempersona seperti yang dimiliki oleh Derry. 
Matanya tajam bersinar indah, penuh kehangatan dan seperti penuh cinta.
Derry juga seperti punya aura dan kharisma yang amat kuat. Ketika dia berbicara, bumi dan waktu seakan2 waktu berhenti berputar, dan aku terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona.  Setiap orang, perempuan maupun lelaki, bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta kalau mendengar Derry bercerita.


   ---------------------------------------  

DERRY bercerita, konon waktu kuliah dulu, Derry tidak begitu kenal dekat dengan Rangga di kampus.  Derry bilang, dulu Rangga sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab.

Baru 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Derry yang bekerja di Advertising Company akhirnya bertemu dengan Rangga yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Entah bagaimana, ternyata mereka saling cocok bersabahabat.

Aku mulai sadar dan mengingat sejak 3-4 bulan lalu memang ada perubahan yang cukup drastis dengan Rangga.

Setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas.
Tapi di saat lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang HP-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.


   ---------------------------------------  
  
Suatu saat Derry datang lagi pada saat Rangga sakit dan masih dirawat di RS.
Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Rangga tidak juga mau aku suapi.

Derry masuk kamar, dan menyapaku dengan suara riang:
“Halo Mbak Astrid, kenapa dengan ‘anak sulung’ Mbak yang nomor satu ini?, tidak mau makan juga dia?, Hmmm… dasar anak nakal, sini piringnya Mbak”,
Lalu, bagai dua bersaudara, Derry membantu menyuapi Rangga sambil terus mengajak Rangga bercerita.

Mata Rangga menatap Derry, dan tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya.

Dan…. 
Aku belum pernah melihat tatapan penuh perasaan yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidup yang aku lalui bersama Rangga. Tidak pernah sedetikpun!

Hatiku terasa sakit. Lebih sakit dibanding ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku.

Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya.

Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah.

Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah saat peringatan ulang tahun pertunangan kami kemarin.

Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

 Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku punya “perasaan khusus” pada pria berhati malaikat itu?, karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihati Rangga.

   ---------------------------------------  

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat pria ganteng itu.

Derry begitu hangat, mempersona dan penuh perhatian. Dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan Egg-Roll kesukaanku.

Saat Rangga di rumah sakit, Derry menghibur  dengan mengajakku dan anakku jalan2, kadang mengajak nonton.  Kali lain, dia datang bersama istrinya yang cantik dan ke-2 anaknya yang lucu2.


   ---------------------------------------  

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti Jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

WULAN, anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 8 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya.

Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku:
“Mama, mau lihat surat yang Papa kirim buat Oom Derry?”

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,


Dear Derry,

Kehadiran kamu kembali yang tiba tiba seperti beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hati dan jiwaku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada ASTRID, istriku.

Aku mencintai Astrid karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya. Karena dia ibu dari anak2ku. Bahkan ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya.

Tidak ada perasaan bergetar kepada Astrid seperti ketika aku memandangmu, Derry.
Tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya.
Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan Astrid.

Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan pada Astrid bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuk Astrid seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami.

Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memiliki kamu Derry, karena kau sudah menjadi milik orang lain, dan aku juga laki-laki yang sangat memegang komitmen pernikahan kami.

Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Astrid bahagia dan tertawa. Agar dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu.

Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.

Yours,
RANGGA



  *******

Mataku tiba-tiba terasa panas. WULAN, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 8 tahun, dia adalah bidadari jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.

Suamiku ternyata tidak pernah mencintaiku.
Dia tidak pernah bahagia bersamaku.

Aku tidak mengerti bagaimana seorang laki laki bisa mencintai lelaki lainnya.

Aku tidak tahu hubungan percintaan seperti apa yang bisa terjadi antara dua laki-laki.
Dan aku juga tidak tahu apa yang pernah Derry lakukan terhadap suamiku saat mereka pergi berduaan sampai Rangga jadi begitu memuja Derry.

Yang pasti.
Suamiku mencintai orang lain. Seorang laki laki.

Aku mengumpulkan kekuatanku.


   -------------------------------------- 

Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku.

Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan kepada Rangga.

Uang muka yang Rangga berikan untuk mencicil beli mobil  untukku, aku kembalikan padanya.
Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku.

Rangga merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju.

Aku terpuruk dalam kehancuranku.
Dulu aku meminta Rangga menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua.
Ternyata Rangga memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku.
Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ?.
Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ?. itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku.

Betapa malangnya nasibku.


   ------------------------------------------------  

Sekarang ini, Rangga ternyata masih terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia.

Biarlah Rangga mencintai pria itu terus di dalam hatinya.
Aku akan pura pura tidak tahu menahu.

Dengan berpura-pura tidak tahu, aku berharap akan membuat suamiku lebih berbahagia.


   ------------------------------------------------  

--SETAHUN KEMUDIAN …


DERRY duduk disamping WULAN, membuka amplop surat-surat itu dengan air mata menetes.

Mereka berada diluar ruang jenazah sebuah rumah sakit di Jakarta, sedang menunggu RANGGA yang masih dalam perjalanan pulang dari Makassar…..

DERRY membaca satu persatu, surat-surat yang ditulis oleh ASTRID:


Rangga, suamiku….

Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku.
Aku begitu terpesona padamu yang tampan, pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan.

Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku.

Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku…  Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..

Ternyata aku keliru….
Aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang wanita teman kantormu dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai kamu.

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika kamu berkata kepadaku:
“Kenapa, Astrid? Kenapa kamu mesti cemburu? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku?”.

 Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal memintamu melamarku dulu.  Engkau tidak pernah bahagia bersamaku.
Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Dari Istrimu,

“ASTRID”



   ------------------------------------------------  


Di surat ASTRID yang lain,

Rangga, suamiku………,

Kehadiran “Pria itu" membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es.

Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang “Pria itu ……”



   ------------------------------------------------  


Di surat yang kesekian,

Rangga…….
Aku bersumpah, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Aku telah berubah, Rangga.
Engkau lihat kan?, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi.

Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu.

Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini?

Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….

Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya……..”



  *******

DERRY menghapus air mata yang terus menetes dari kedua matanya …

Dipeluknya WULAN yang tersedu-sedu disampingnya.


   ------------------------------------------------  

Dan di surat ASTRID yang terakhir, pagi ini…


Rangga, suamiku yang tercinta,

…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita yang ke-9.

Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah.
Tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.
Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku?,

Selama hampir 12 tahun aku mengenalmu, 3 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu.

Inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu sayang…..?”



    ---------------------------------------  

WULAN menatap pada DERRY, dan bercerita:


“Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan di wajah Mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. 

Aku memang menyayangi Mama, dan selalu menganggapnya sebagai  Mama yang paling cantik sedunia, tapi aku tidak pernah melihat wajah yang sangat BERSINAR dari Mama seperti siang itu.
Mama terlihat begitu cantik dan berseri.
Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.

 Mama memarkir motornya di seberang jalan,

Tapi ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… Aku tidak sanggup melihat Mama terlontar,

Oom Derry….. Aku melihat Mama masih memandangku dengan tersenyum, sebelum dia akhirnya berhenti bergerak……”.


  *******

DERRY memeluk WULAN yang terisak-isak.

Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia bersikap sangat dewasa.


   ---------------------------------------  


Kali ini DERRY mengeluarkan selembar kertas yang dia print sendiri tadi pagi. 


Itu adalah email yang dikirimkan oleh RANGGA kepada Derry kemarin malam, dan tadinya Derry ingin memberikan email suaminya itu kepada Astrid.


“Dear DERRY”,

Selama beberapa bulan ini aku mulai merasakan istriku berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku.
Dan tadi malam, Astrid pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya.

Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki Astrid.
Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya?

Aku terus berusaha belajar mencintai Astrid seperti yang selalu engkau sarankan, Derry.

Dan besok aku akan memberikan surprise untuk Astrid, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana.

“Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena ASTRID adalah BELAHAN JIWAKU ….”

Yours,

RANGGA

pertemuan pertama


Sebut saja namaku Reno (samaran), cerita ini benar benar terjadi pada diriku, hanya nama dan tempat kejadian yang kusamarkan. Maaf kalo nanti ditemukan kalimat yang kurang benar karena aku memang bukanlah penulis yang profesional.

Sebenarnya aku masih ragu, mungkin aku masuk ke dalam golongan biseks, soalnya aku bisa tertarik dan terangsang dengan wanita tapi aku juga bisa horny kalau melihat cowok yang kebapakan, berkumis, macho atau nampak lebih dewasa dari pada aku.

Waktu kejadian itu sekitar setahun yang lalu, akhir 2001, waktu itu umurku 26 tahun. Aku yang berasal dari Jawa sedang cuti, liburan sendiri ke daerah Sumatera Barat. Dalam suatu perjalanan dengan bis antar kota, sewaktu bis masih dalam terminal Kota A, aku duduk sendiri di bangku persis belakang pak sopir. Waktu itu aku sedang sedikit melamun hingga tak sadar kalau bangku di sebelahku telah ada yang mendudukinya. Hingga bis bergerak meninggalkan terminal, aku hanya memperhatikan sopir dari belakang, aku lihat tangan kekarnya yang mengkilat karena keringat memegang kemudi, aku sempat membayangkan seandainya tangan itu merengkuh tubuhku. Hingga lamunanku buyar oleh sapaan ramah dari orang disampingku.

“Pai kama?”, dia menanyakan kemana tujuanku dalam bahasa Minang.
Oh, ternyata ada seorang bapak muda di sampingku, tubuhnya hampir seukuran denganku, malah mungkin bisa dibilang lebih kurus dari pada aku. Tingginya pun kira-kira sama denganku. Dan dia berkumis. Belakangan aku tahu bahwa umurnya 35 tahun. Aku jawab aku mau ke Kota B masih dalam bahasa Minangku yang tak begitu fasih. Dia pun menanyakan dengan siapa aku pergi, setelah kujawab bahwa aku sendirian saja, dia memperkenalkan diri, sambil mengulurkan tangannya dia memperkenalkan dirinya sebagai “Oncu”. Akupun memperkenalkan diri sambil menjabat tangannya yang ternyata sangat lembut untuk ukuran tangan lelaki. Lalu kami terlibat percakapan lebih akrab. Hingga akhirnya dia tahu kalau aku orang Jawa dan dia pun mengajakku untuk menggunakan bahasa Indonesia.

Sampai saat itu aku tidak merasa ada yang aneh. Setelah dia tahu bahwa aku baru pertama kali ke Kota B, dia menawarkan diri untuk menjadi guideku di Kota B, sehingga dia sudah cujup tahu seluk beluk kota ini. Rupanya Oncu ini sedang dalam rangka meninjau lokasi karena dia akan membuka usaha di Kota B. Dia menginap di Hotel Y bersama istri dan seorang anaknya yang masih berusia 3 tahun. Dia pun menyarankan agar aku menginap di Hotel Z, tak jauh dari hotelnya. Belakangan baru aku tahu mengapa dia menyuruhku menginap di Z.

Setelah mengantarku check in dan menyarankanku beristirahat agar nanti sore agak segar saat dia akan menemaniku jalan, dia kembali ke hotelnya untuk menemui istri dan anaknya. Sekitar pukul 4 dia datang. Aku yang saat itu sedang tiduran dengan hanya bercelana pendek, membukakan pintu dan mempersilakannya masuk. Dia langsung masuk dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil memintaku untuk meneruskan tidurku yang terganggu.

“Boleh ‘kan aku buka baju, takut kusut nih”, katanya.
“Silakan”, jawabku.
Setelah membuka baju, dengan hanya mengenakan celana pendek dan singlet dia merebahkan tubuhnya di tepi tempat tidur, sedang aku rebahan di tepi satunya lagi. Setelah sekian saat aku tak juga bisa memejamkan mata, karena pikiran nakalku mulai menangkap gejala aneh.
“Kok belum merem?”, rupanya dia memperrhatikanku.
“Iya, soalnya aneh, belum pernah aku tidur satu bed dengan sesama lelaki”, jawabku jujur, yang memang belum pernah melakukan apapun dengan lelaki, tapi telah sering bercinta dengan perempuan.
“Ternyata badanmu nggak begitu gemuk ya”, katanya sambil mendekatiku.
“Ah, siapa pula yang bilang aku gemuk”.
Aku tak meresponsnya saat tangannya menyentuh dadaku. Tapi sebenarnya aku telah merasa sedikit horny, saat tanpa sengaja kumisnya menyentuh lengan kananku.
“Heh, geli ya kena kumis gitu”, kataku.
“Oh, maaf”, jawabnya sambil beringsut agak menjauh.

Agak menyesal juga sebenarnya aku telah mengatakan kegelianku tadi, soalnya aku sebenarnya menyukainya.
“Mau kemana?”, tanyanya saat melihatku bangkit dari bed.
“Minum, haus nih”, jawabku, padahal itu hanya kepura-puraanku agar aku bisa berganti posisi.
Setelah minum aku tidur lebih dekat dengannya, dan sengaja kakiku menindih pantatnya yang saat itu dalam keadaan tengkurap. Ternyata dia bereaksi dengan lebih mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan tentu saja tak kusia-siakan kesempatan ini hingga langsung kubelai kumisnya denga lembut, karena benda inilah yang telah membuatku tertarik.

Walau dia diam saja, aku bertambah agresif, kini bibirku melumat bibirnya. Terus terang baru sekali ini aku mencium bibir pria dan berkumis, ternyata tak kalah nikmatnya dengan bibir perempuan. Dia langsung memelukku dengan erat. Permainan kami bertambah panas, leher, lengan, ketiaknya yang berbulu, dada, putingnya yang telah tegang sampai ke pusarnya tak lepas dari jilatanku. Sebenarnya aku heran dengan tingkahku, baru pertama kali aku melakukan ini, tapi sudah seperti orang kesetanan. Dia pun memintaku untuk membuka celanaku, aku menurutinya sambil membuka celananya, beserta CD-nya sekalian.

Begitu tersembul kontolnya aku langsung terkesima, baru kali ini ada kontol orang lain yang terpampang nyata di depanku. Tanpa menunggu lebih lama lagi, kubelai kontolnya walaupun sebenarnya aku masih kaku melakukannya. Dia malah langsung mengulum kontolku yang sudah ereksi sejak tadi. Memang aku pernah di oral oleh cewek, tapi ternyata di oral oleh pria berkumis lebih nikmat rasanya. Aku berusaha untuk terus menggapai kontolnya, sehingga dia menuntunku untuk mengambil posisi 69. Dengan tanpa risih, kuoral kontol hitam dan tegang itu. Baru belakangan dia mengatakan bahwa aku mengoralnya dengan terlalu keras, sehingga gigiku membuat kontolnya sedikit ngilu. Aku pun meminta maaf, karena ini adalah untuk yang pertama kali aku melakukannya.

Setelah sekian lama saling mengoral, dia telah terlihat begitu pandai. Kemudian kami berganti posisi, aku di belakanginya, tapi dengan mulut tetap saling berpagut, dan tangan kami saling meremas kontol lawannya. Nampaknya dia sudah tidak tahan. Aku merasakan tangannya yang basah oleh ludahnya membasahi kontolku. Aku masih belum tahu apa yang akan dilakukannya, hingga kontolku merapat ke arah lubang anusnya yang ternyata juga telah basah oleh air liurnya hingga dengan tanpa hambatan kontolku pun langsung masuk ke anusnya. Bersamaan dengan kontolku yang mengocok anusnya dari belakang, bibir kami saling berpagut dan tanganku juga mengocok kontolnya. Aku tak ingin melepaskan bibir berkumisnya dari bibirku.

Gerakan Oncu makin cepat hingga memberi efek kenikmatan yang belum pernah kurasakan pada kontolku. Dan kocokan tanganku pun semakin cepat. Hingga akhirnya maniku menyembur dalam anusnya bersamaan dengan menyemburnya mani Oncu ke dadanya. Setelah beberapa saat Oncu bangkit sambil menahan dengan tangan agar mani di dadanya tidak berserakan ke seprei, menuju kamar mandi. Aku bangkit mengikutinya, dia berjongkok di atas toilet. Ternyata dia mengeluarkan maniku dari anusnya. Dinginnya air di Kota B yang terkenal dinginnya, telah menyegarkan tubuh kami kembali. Kami mengenakan celana kami kembali. Sambil menikmati rokok masing masing, kami terlibat pembicaraan mengenai percintaan yang baru saja kami lakukan.

“Gila, hebat banget kamu No, sudah lama nggak bercinta yah”, katanya.
“Iya, ternyata bercinta dengan sesama lelaki nikmat juga yah, ngomong ngomong sudah berapa kali Oncu beginian?”, tanyaku ingin tahu.
“Baru beberapa kali, hanya untuk variasi aja, kalau sama perempuan takut hamil”, jawabnya santai.

Pembicaraan kami terus berlanjut, sampai akhirnya dia kembali meremas celanaku tepat di depan kontolku yang langsung bereaksi. Aku pun meresponsnya dengan tak kalah agresif. Dan kami pun kembali bergumul, sampai akhirnya kami sama-sama telanjang kembali. Kali ini dia lebih aktif daripada sebelumnya. Tiba tiba dia pergi ke kamar mandi, untuk mengambil sabun cairku. Dioleskannya sabun tadi di kontolnya dan juga anusku. Rupanya dia ingin “memerawani” anusku. Aku diam saja saat dia merangsang daerah sekitar anusku, hingga kurasakan sebuah benda yang besar dan keras berusaha menembus anusku. Melihatku merintih, dia membelaiku dan mengatakan agar aku rileks dan tidak menahannya. Aku menuruti perkataannya dan sejurus kemudian ternyata kontolnya telah seluruhnya tertelan anusku.

Pelan tapi pasti dia memompa anusku. Ada perasaan aneh di anusku, ngilu, geli dan ada perasaan mulas tapi ada nikmatnya juga. Pompaannya semakin cepat dengan posisiku yang telentang di tepi bed dan dia berdiri sambil tangannya yang licin oleh sabun cair mengocok kontolku. Saat pompaannya semakin cepat, tiba tiba aku merasakan kedutan nikmat dari kontolnya di anusku. Rupanya maninya telah keluar hingga ada rasa hangat dan gatal di anusku, tapi justru inilah yang menambah kenikmatanku sampai akhirnya akupun menyemburkan maniku membasahi dada dan perutku. Setelah dia mencabut kontolnya yang lemas, aku langsung ke kamar mandi dan menuju WC karena mulas, tapi ternyata yang keluar hanya gas dengan dibarengi lelehan sperma Oncu.

Akhirnya kami tak jadi berjalan-jalan mengelilingi Kota B, tapi aku telah mendapatkan pelajaran dan pengalaman baru. Setelah agak malam, Oncu pulang kembali ke hotelnya, mungkin takut istrinya curiga. Besok paginya aku segera check out untuk meneruskan rencanaku menjelajahi Kota B sendirian, karena Oncu telah kembali kepada istrinya.

Saat cerita ini kutulis, aku masih terbayang-bayang wajah Oncu, seandainya saja dia membaca cerita ini, aku ingin mengatakan bahwa sebenarnya aku ingin mengulangi percumbuan kita karena aku masih belum puas melumat kontolnya yang hitam dan indah itu. Bahkan pada saat menulis cerita ini, madzi telah membasahi CD-ku.

Sampai saat ini aku selalu terangsang jika melihat orang yang berwajah mirip Oncu, tapi aku tak pernah berani memulai berbuat apa pun selain hanya mengkhayalkannya. Kadang kalau sedang ngebet-ngebetnya, aku sering juga berkhayal berpelukan dengan pria di sekitarku yang tak kukenal seperti sopir bis, satpam, polisi lalu lintas dan sebagainya.

Tentara Masuk Desa


BANG ANSAR - (Ansar Burhanudin) - merupakan salah satu dari 8 tentara yang ditempatkan di kampung kami dalam program “Masuk Desa”. Mereka ditugaskan untuk membantu penduduk kampung untuk memperbaiki jembatan, saluran irigasi, rumah tinggal serta kelengkapan MCK dan sanit
Para tentara itu sebagian masih ada yang muda, tapi semua terlihat gagah-gagah dan banyak yang ganteng. Sedangkan Bang Ansar umurnya 28-29 tahun, tinggi menjulang 177 cm dengan sosok yang kekar atletis.
Saya sendiri -(WANDI SAPUTRA)- pemuda kampung berumur 21 tahun. Dan berbeda dari Bang Ansar yang berbadan gempal, sosok tubuh saya terbilang ramping dan agak kurus dengan tinggi badan tidak lebih dari 169 cm. 
Dulu, saya pernah dengan seorang kawan yang bekerja di sebuah pabrik di kota besar, tapi kemudian Ayah menyuruh saya pulang untuk membantu dia di desa.  Namanya juga hidup di kampung, kegiatan saya sehari hari adalah bertani, bercocok tanam dan menggembalakan ternak.

Saya juga termasuk kurang pandai bergaul di lingkungan saya, apalagi dengan para pendatang, seperti para tentara itu.  Sifat saya memang agak pendiam dan tidak banyak bicara, sehingga saya sering dijuluki “Wandi si ganteng yang bisu” – kata penduduk desa. hahaha...

Bahkan pada saat acara pertemuan dengan para tentara di kantor kepala desa, saya hanya sempat beradu pandang dan berkenalan sekedarnya dengan Bang Ansar dan rekan2nya yang lain. Perjumpaan pertama itu saya anggap biasa saja dan tidak ada kesan khusus yang membekas.


   ****

Para anggota tentara tersebut ditempatkan terpisah di beberapa rumah penduduk desa, dan yang saya tahu, Bang Ansar menempati rumah pak Sainan yang punya seorang anak gadis bernama ASTUTI.

ASTUTI rupanya sangat menyukai Bang Ansar. Mereka akrab dan saya sering melihat mereka ngobrol berduaan dengan mesra. Apalagi orang tua Astuti sepertinya merestui hubungan mereka. Mungkin karena orang2 di kampung biasa memandang tinggi seseorang dengan jabatan di pemerintahan, polisi atau militer.

   ****

ASTUTI ini pernah jadi pacar saya. Tapi tidak lama, karena hubungan kami tidak direstui oleh orang tua Astuti yang mengharapkan calon suami yang kaya dan berpangkat sehingga akhirnya kami putus.

Walau hanya sebentar, tapi saya bisa mencicipi tubuh ASTUTI dan sempat ngentot dengan dia sampai 3-4 kali. Jadi jangan dipikir anak muda di kampung lugu-lugu. Malah sebagian besar dari para pemuda di kampung mungkin lebih mengerti masalah seks dibanding orang2 tua di masa muda mereka.

Sepintas Astuti bukanlah tipikal wanita yang pintar bercinta. Dia sepertinya tipe wanita yang nurut saja diapain. Semuanya dia nurut saja. Jadi biasanya saya yang lebih pro aktif dalam urusan ranjang. Tapi saya tidak menyangka waktu pertama kali menduri gadis cantik yang terlihat alim itu ternyata dia waktu sudah TIDAK PERAWAN lagi karena pernah tidur juga dengan lelaki lain sebelumnya.

Entah kenapa, walau saya sudah tidak ada hubungan apa2 dengan Astuti, ternyata timbul juga rasa CEMBURU melihat kedekatan antara Astuti mantan pacar saya, dengan Bang Ansar.

Saat tak sengaja berpapasan dengan Astuti dan Bang Ansar, saya sengaja melengos dan berpura-pura tidak melihat. Bahkan saking cemburunya, saya SENGAJA MENGHINDARI pertemuan dengan mereka, sehingga Bang Ansar menatap heran dengan pandangan penuh tanda tanya melihat sikap saya yang “agak” bermusuhan.


   -----------------------------------------------------  

Suatu hari, setelah mencari kayu bakar di hutan sisi kampung, saya beristirahat di pinggir kali ...

“Sendirian saja Dik Wandi?” ternyata Bang Ansar.

“Oh,... iya Bang, saya sendiri saja, Bang Ansar kenapa ada disini? ”

“Hehehe, ya aku sedang bersitirahat dan jalan jalan ke sungai ini ...” Kata Bang Ansar, sambil duduk di sebelah saya, dekat sekali hingga bahu kami bersentuhan.

 Bang Ansar bertanya lagi:
“Wandi ini pendiam sekali ya? Apakah ada salahku kepada kamu?”

“Tidak, kenapa Abang bertanya seperti itu??” jawabku

“Ya karena Dik Wandi ini satu-satunya pemuda di kampung ini yang tidak pernah ngobrol dengan aku, selalu menghindariku

“Tidak apa-apa kok Bang, saya memang orangnya tidak banyak bicara” jawabku

Aku dengar Wandi pacar Astuti?. Adik marah sama aku?”

“Hahaha, tentu saja tidak Bang, dan saya bukan pacar Astuti” jawab saya berbohong.

Aku tidak ada hubungan apa2 dengan Astuti lho, dan tidak mungkin pacaran dengan dia, karena aku sudah punya istri dan 2 anak” Bang Ansar menjelaskan

Saya diam saja.

“Jadi Wandi tidak perlu cemburu...” sambung Bang Ansar lagi.

“Saya tidak cemburu Bang”

 “Syukurlah. Aku khawatir Adik cemburu” Katanya

“Hahaha, tidak lah Bang”

“Nah, gitu dong!, ketawa seperti begitu, Dik Wandi kan tambah ganteng ...  Pendiam saja ganteng, apalagi ketawa. Hahaha..”  katanya sambil me-nepuk2 pundak saya sebagai tanda persahabatan.

“Hahaha.. Siapa yang ganteng?. Bang Ansar tuh yang ganteng......”

“Serius kok!, Wandi ganteng lho ... kalau jadi bintang film pastinya bakal terkenal”  kata Bang Ansar sambil melemparkan senyuman terbaiknya.

Baru saya sadari Bang Ansar itu sebenarnya sungguh tampan sekali. Apalagi saat dia tersenyum seperti itu.

Saya tidak akan heran kalau ada banyak cewek yang menggelepar melihat dia tersenyum. Secara fisik Bang Ansar memang tipe pria yang bikin cewek bakalan nengok berkali kali untuk menatap kegagahannya.

“Yuk pulang?, sudah magrib nih”  Bang Ansar berdiri dan mengulurkan tangannya. Lelaki gagah itu membantu saya berdiri.

Aneh tidak ya?. Seorang laki laki membantu saya untuk berdiri.
Mungkin tidak!, hanya saat itu saya merasa bagaimana gitu... hahaha....

Berpegang pada tangan Bang Ansar, saya bangkit.
Kemudian Bang Ansar merangkulkan tangannya ke bahu saya dan meninggalkan tempat itu. (Iiiihh.., Bang Ansar merangkul saya seperti meluk cewek saja.. Hehehe..).  

Sepanjang perjalanan, dengan penuh keakraban kami ngobrol, saling berbicara dan mengenal satu sama lain dengan lebih dekat.


   -----------------------------------------------------

Sejak itu, akhirnya hubungan kami jadi dekat satu sama lain.
Dimanapun melihat saya, Bang Ansar selalu mendekat dan mengajak saya ngobrol. Kalau dia sedang istirahat, Bang Ansar suka menemani saya bekerja atau membantu saya bercocok tanam.

Kami sering ngobrol berdua, dan dia bercerita sambil memperlihatkan foto istrinya yang cantik dan kedua anaknya yang lucu.

Bang Ansar juga mengajari saya tehnik-tehnik dasar olah raga beladiri Tae Kwon Do.
Saya sendiri menguasai seni Pencak Silat, memang belum terlalu mahir, baru setingkatan ban biru.  Tapi Bang Ansar bilang gabungan antara Pencak dan Tae Kwon Do bisa meningkatkan kemampuan saya.

Saat kami latihan, tentu saya selalu kalah..!. Maklum, perkelahian dalam jarak dekat (closed fighting) adalah menu latihan sehari hari dari setiap tentara

Kadang Bang Ansar juga mengajak saya bergulat sambil bercanda. Kami berdua berusaha saling mengunci gerakan lawan masing-masing, lalu saling mengalahkan lawan sampai gerakan saya terkunci oleh Bang Ansar.

“Ampun, nggak?” tanyanya

“Kagak!” Kataku lantang.

Saya berontak, lalu memberikan serangan balasan. Namun lagi-lagi dia yang berhasil mengunci gerakan gulat saya.

“Masih nggak mau ampun?” ulangnya

“Nggak bakal!”
Saya kembali berontak dan kini kami bergulat dengan lebih semangat karena saya berniat memberikan serangan yang sesungguhnya melawan Bang Ansar. Kami berdua guling-gulingan, saling bergulat, berusaha mengunci gerakan lawan dengan posisi yang aneh-aneh. Mulai dari leher diapit kaki, kedua tangan dan kaki disatukan, lutut sama kepala nempel, dan lain-lain.


Namun suatu gerakan yang kebetulan membuat kami berdua berhenti dalam posisi itu.
Saya terlentang di bawah dengan kedua tangan diatas kepala, sementara Bang Ansar menindih dari atas dengan tangannya menahan kedua tangan saya. Kami berdua saling berpandangan dan tertawa dengan wajah saling berdekatan.  Lalu tawapun mulai menghilang dan berganti dengan senyuman, sementara mata kami saling menatap.

Rasanya aneh...!.

   ****

Terkadang saya merasa Bang Ansar memperlakukan saya seperti adiknya sendiri. Wajar, karena kita berbeda umur hampir 8 tahun. Dia sudah 29 tahun, sedangkan saya 21 tahun.
Kalau sedang bercanda, dia suka mengacak-acak rambut saya dengan tangannya.

“Kok kamu ini cakep sekali Dik.. katanya sambil memegang pipi saya dan meremas dengan gemas

Saya kagok merasa diperlakukan seperti cewek, tapi saya hanya tersenyum.

Jujur!, saya mengagumi Bang Ansar.
Dia baik kepada saya. Bang Ansar juga sikapnya berwibawa dan tegas. Dia juga ganteng, gagah dan badannya kokoh.

Bang Ansar kok badannya bisa gede banget. Waktu kecil dikasih makan apa saja sama ibunya?” tanya saya pada suatu ketika.

“Makan buaya...Dia nyeletuk sambil terkekeh.

Jujur!. saya suka padanya ...
(Tapi saya tidak yakin rasa suka seperti bagaimana yang saya rasakan).

  *****

Saking dekatnya , bahkan kalau sore hari, Bang Ansar  selalu mengajak MANDI BARENG di sungai.  Saat mandi itu saya bisa melihat tubuh kekarnya yang gagah.

Saat saya bangkit untuk melepaskan kaos dan celana, tanpa sadar proses menelanjangi diri saya diperhatikan oleh Bang Ansar.

“Yaa ampun.. Aku kasian melihat kamu Dik. Wandi tuh ceking amat sih?.” Bang Ansar menatap badan saya dengan ‘gaya’ pura-pura penuh iba.  

Ya, badan saya memang kurus, tapi bukan kurus ceking seperti orang kurang makan atau tinggal tulang doang. Lumayan masih ada ototnya kok.  

 “Dik Wandi gak pengen punya badan seperti aku?!” Tanya dia.

Bang Ansar yang cuma bercelana pendek lantas dengan sombongnya berpose ala binaraga, lengkap dengan ekspresinya.
“Lihat nih, badan aku keren kan?!. Cewek bisa klepek-klepek lihat badan seperti begini. Beuuuuh, mantep kan?.” Katanya lagi sambil menceburkan diri ke sungai untuk mandi.

Tentu kalau sedang mandi, kami tidak sampai saling melihat alat kelamin masing2 secara langsung.  Tapi saya sering kagum melihat gumpalan daging pantat Bang Ansar. Terlihat menonjol kokoh dan ber-otot, pantat seorang pejantan tangguh.  Hahaha...
---------------------------------------------------

Kedekatan saya dengan Bang Ansar tentu TIDAK menimbulkan tanda tanya orang-orang, karena di kampung kami, persahabatan antara 2 lelaki dianggap suatu hal biasa yang wajar wajar saja.

Tapi kedekatan hubungan Bang Ansar dengan ASTUTI ,ternyata jadi bahan pembicaraan dan mengundang gunjingan.

Akhirnya, untuk menghindari omongan yang tidak baik antara Bang Ansar dengan Astuti, KOMANDAN TUGAS, memerintahkan Bang Ansar KELUAR dari tempat orang tua Astuti dan disuruh pindah ke rumah lain.

   *****

Ternyata Bang Ansar MEMILIH untuk pindah ke rumah orang tua saya!, walau rumah orang tua saya berukuran kecil dan tidak memiliki banyak kamar, sebagaimana kebiasaan di kampung.

Dan sore itu Ayah saya mengatakan bahwa Bang Ansar akan tinggal di rumah kami mulai malam ini.

“Nak Ansar maaf tidurnya sekamar dengan Wandi ya, maaf tempatnya seadanya ...” kata Ayah saya

“Oh tidak apa-apa Pak, malah aku yang merepotkan bapak” jawab Bang Ansar

“Tidaklah nak, tapi maklum tempat kita kecil dan seadanya ...”

“Tidak apa apa kok pak”

Wan, kamu antarkan Bang Ansar mandi dulu yah ... Ayah mau menjemput ibu-mu dulu di tempat pamanmu, Wak Amir”
Ayahpun beranjak meninggalkan kami berdua di teras.

   *****

Dik, maafin merepotkan ya...” kata Bang Ansar tiba-tiba
 “Maaf aku merepotkan karena sengaja minta untuk pindah dari tempat Astuti ke rumahmu” sambungnya

“Tidak apa apa kok Bang ... “

“Benar kamu tidak terganggu aku tingal sekamar dengan Wandi?” tanyanya minta diyakinkan

Saya menggelengkan kepala: “Tidak Bang, saya tidak merasa terganggu kok”

“Kalau begitu, artinya Adik SENANG aku pindah kesini donk??”

Ehh, apa tuh maksudnya?
Bingung saya menjawabnya, juga malu sekaligus

“Hayooo ngaku... Senang kan bisa dekat Bang Ansar?”  Senyumnya mengembang dan dia terlihat makin tampan ...

Wah....!!
Saya tak menjawab dan pura2 akan masuk ke dalam untuk meninggalkan Bang Ansar

Tak kuduga sama sekali, Bang Ansar mengejar dan membalikkan tubuh saya sehingga kami berhadapan:
“Jadi kamu SENANG bisa dekat dengan Abang kan?”

“Udah ah Bang” Kata  saya sambil menunduk untuk menghindar

“Hahahaha...”
Tawanya lepas dan dia langsung menarik saya ke dalam pelukannya yang kukuh.

Sikapnya membuat saya kaget,  perasaan ganjil, bercampur lucu dan senang juga..

   *****

Akhirnya saya mengantarkan dia mandi ke sungai, seperti biasa Bang Ansar tanpa rasa malu menanggalkan semua pakaiannya di depan saya.
Mau tak mau saya bisa memperhatikan bentuk tubuhnya yang atletis dan mengaguminya.

Rasanya aneh saya mengagumi tubuh kekar seorang lelaki.
Saya tidak tahu perasaan apa itu, tetapi saya menikmatinya.

Saat dia menurunkan celana dalamnya, sepintas saya lihat sebongkah daging kelaminnya menggantung di selangkangannya.

Lumayan besar!.
Tapi rasanya PUNYA SAYA berukuran LEBIH BESAR.
Biar badan saya kecil dan ramping, tapi mungkin karena khasiat madu dan telor yang setiap hari jadi konsumsi saya sejak kecil, sehingga pertumbuhan alat kelamin saya tumbuh MASIF .

Ternyata Bang Ansar memergoki tatapan mataku yang tertuju ke kemaluan dia.
 Hey.. kok bengong?. Ayo buka celananya donk. Aku juga mau lihat ‘barang’ punya kamu

Hah?!. Ada apa ini?.
Ngapain juga dia nyuruh saya ikut bugil. Dia kan cowok, gua juga cowok. Masa dia mau lihat kemaluan saya?”.

Kenapa saya disuruh buka celana?” saya protes

“Udah buka sajaaaa...!!”

“Nggak ah.. Aneh-aneh saja Abang.” Saya menolak.

Namun Bang Ansar tidak menyerah, dia mendekat dan secara paksa memelorotkan celana saya. Sempat terjadi aksi tarik menarik antara saya dengan dia. Namun karena tenaga dia lebih kuat maka saya harus rela. Bang Ansar berhasil menurunkan celana kolor saya.

Sebenarnya JANGGAL sekali.
Posisi Bang Ansar seperti posisi orang yang hendak nge-blowjob, ngisep.  Bang Ansar berlutut di depan saya, kepalanya sejajar dengan selangkangan saya.  

Setelah berhasil mencopot celana saya, Bang Ansar membalik badan saya dan meremas pantat saya.

 Aduh, kupikir perilaku dia agak tak wajar. Saya agak risih. Mana enak membiarkan lelaki meremas pantat saya?!.
Sejenak saya mengira akan terjadi hal yang aneh-aneh, yang berhubungan dengan dunia seks. Namun ternyata aku salah karena Bang Ansar bermaksud hal lain

“Pantat kamu tepos Dik. Paha kamu kurus banget. Lengan kamu juga cukup menyedihkan, tidak ada ototnya. Harus dilatih sedikit supaya bagus Dik

Hahaha... ada ada saja Bang Ansar ini.


   -----------------------------------------------------

Pada malam harinya, saya memakai kain sarung lalu MEMINJAMKAN salah satu kain sarung saya yang bersih untuk Bang Ansar

Sejak kecil saya memang terbiasa hanya memakai KAIN SARUNG di kamar karena cuaca di kampung kami memang panas. Dan saya juga biasa tidur dengan memeluk BANTAL GULING. Kebiasaan itu terbawa terus hingga saya dewasa, sampai sekarang.

Nah, malam itu, karena harus berbagi tempat tidur, otomatis bantal guling harus DISINGKIRKAN untuk memberi tempat berbaring bagi Bang Ansar.

Saya sendiri, merebahkan diri lebih dahulu untuk melepaskan semua kepenatan setelah seharian bekerja di kebun. Kemudian Bang Ansar menyusul, lalu lalu kami berdua berbaring bersebelahan, sama2 bertelanjang dada dan hanya saling memakai kain sarung dan tak berapa lama kemudian kami tertidur.

Mungkin karena kami berdua kecapaian, malam itu kami LANGSUNG TIDUR dengan pulasnya sampai besoknya.

   *****

Ketika bangun pagi harinya, mendadak Bang Ansar bicara:
“Semalam tangan Wandi, kemana-mana. Kaki Adik juga kemana-mana.”.

“Yang bener Bang?”

 “Iya, tangan Adik meluk-meluk aku. Kaki Adik juga. Seolah-olah aku ini bantal guling saja.” Kata dia sambil tersenyum kecil.

 “Yaaa... maklum Bang... Biasa meluk bantal guling. Lagian badan Abang sih rada-rada mirip sama bantal guling.” Saya menjawab secara bercanda.

Dan saya bertanya lagi: “Terus waktu saya meluk begitu, Abang ngapain?”

 “Hehehe... Ya aku balas memeluk seperti Wandi saja. Jadi kita tiduran peluk-pelukkan. Lucu deh. Coba kalo kalau difoto. Hahahah...”

 “Hahaha...” saya ikutan tertawa. Bang Ansa ini memang senang membuat segala sesuatu jadi lucu.


   ----------------------------------------------- 

Pada malam kedua, sebelum tidur, kembali saya memakai kain sarung dan Bang Ansar juga memakai kain sarung yang saya pinjamkan, lalu kami berbaring dan tertidur.

Tengah malam, saya merasakan gerah, badan saya agak kepanasan.

Tersentak saya ketika menyadari bahwa saya ternyata tidur sambil memeluk Bang Ansar lagi..,!.  Pantas saya merasa gerah karena badan saya menempel dengan kehangatan tubuh Bang Ansar.
... mungkin karena kebiasaan saya memeluk bantal guling.. Hehehehe....

Jadi, posisi tubuh Bang Ansar menyamping, MEMBELAKANGI saya dengan punggung menghadap kearah saya. Sedangkan saya di belakangnya dengan tangan kanan merangkul tubuh Bang Ansar, sehingga dada saya menempel rapat ke punggung Bang Ansar, dan wajah saya terbenam ke pundaknya

Posisi tubuh kami berdua memang tidak biasa dan janggal banget.
Rasanya aku seperti sedang memeluk pacar CEWEK saya. Paha kanan Bang Ansar tertindih oleh paha kanan saya, seolah paha dia adalah bantal guling.

Posisi yang tidak mengenakan!. Tidak nyaman, dan lebih ngeri lagi kalau sampai ada orang yang melihat situasi ini. Saya dan Bang Ansar tidur dengan posisi seperti layaknya cowok dan cewek pacaran yang sedang tidur berdua.

Yang lebih mengagetkan!.
Kami berdua pada awalnya menggunakan kain sarung, tapi entah bagaiama sarung kami rupanya sudah berantakan dan TERLEPAS tidak tahu kemana, jadinya kami berdua sama2 tidur dalam keadaan TELANJANG!. 
Gundukan kemaluan saya menempel erat ke bagian belakang paha Bang Ansar.

Akibatnya, cara tidur kami bukan hanya seperti posisi cowok-cewek pacaran yang tidur, tapi jauh lebih BERBAHAYA...; Berpelukan dalam keadaan sepenuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun yang membatasi.


   -----------------------------------------------------

Karena takut membangunkan Bang Ansar, awalnya saya berusaha tak bergerak.   
Tapi sentuhan hangat tubuhnya yang menempel  erat ke kulit saya dan mencium aroma tubuhnya yang jantan... perlahan membuat saya terkesiap! .
Sungguh saya tidak menyangka.

Rasa jengah dan kikuk ini sebaliknya membuat gairah saya TERANGSANG.
Terkesima dan tanpa bisa dikendalikan, kontol saya yang nakal ini perlahan membesar..., menegang..., dan mulai NGACENG...

Aduh!, gimana ini?.
Bagaimana jika Bang Ansar terbangun dan melihat saya dalam keadaan telanjang, sementara alat kelamin saya yang setengah ngaceng menempel ke pahanya?.

   *****

Saya ingat kata2 Bang Ansar tadi pagi.
Aku ini Ansar. Manusia, bukan bantal guling. Jadi jangan peluk-peluk aku seperti guling yaa!”

Malu, risih dan khawatir ketahuan Bang Ansar, saya berusaha bergeser bangun

Tapi tiba-tiba, dalam tidurnya, Bang Ansar beringsut dan pahanya terbuka sedikit jadi agak MERENGGANG.

Tidak tahu kenapa, saya iseng dan SENGAJA MENYELIPKAN batang kontol ke sela sela PAHANYA yang kekar.

“Ooogghhh ...!”  Desahku tertahan takut terdengar oleh Bang Ansar.
Saya takut Bang Ansar bisa merasakan degup jantung saya yang makin kencang, ditambah panasnya kontol saya yang mengganjal di sela sela pahanya.

Ya, hatiku takut.
Tapi saya menikmati kontol yang menyelip diantara jepitan sela-sela paha Bang Ansar.

Saya nekad makin erat memeluk Bang Ansar dan secara perlahan mencoba MENGGESEK GESEK kontol saya diantara sela sela pahanya ...

Wow, sensasinya!. – 
Dan semakin kencang jantung saya berdetak serasa mau lompat!
Saya dapat merasakan daging kokoh pantatnya yang keras menempel di perut bawahku.

Ini perilaku yang belum pernah saya lakukan selama hidup kepada seorang pria.
Bang Ansar sedang tidur memunggungi saya, sedangkan saya memeluknya erat dari belakang sambil menggeser-geserkan batang kemaluan saya diantara lipatan pahanya.

Saya semakin penasaran dan memaju mundurkan pantat saya hingga selonjoran kontolku makin menerobos dan menggesek gesek diantara jepitan pahanya.

Sekali, dua-kali, tiga-kali saya menghujamkan senjata kelelakianku pelan-pelan, dan jepitan paha Bang Ansar seperti DIRENGGANGKAN untuk menyesuaikan dengan besarnya kepala kontolku dan mempermudah gesekanku.

Apakah itu disengaja oleh Bang Ansar? 

Apa dia sedang menunggu saya untuk bertindak lebih jauh?.

Nafas saya makin memberat dan semakin erat pelukanku,

   *****

Entah setan apa yang merasuki pikiran saya!.
Saya justru SENGAJA mengarahkan posisi ujung kelaminku NAIK ke celah sempit di belahan daging pantat Bang Ansar dan mendorong kepala kontolku sampai MENYENTUH bibir anusnya. Lalu saya mainkan bibir lubang itu dengan ujung kepala kontolku...

Saya yakin saat itu Bang Ansar masih TIDUR PULAS dan tak menyadari kelakuan saya. 

Bagai kehilangan akal, saya menjangkau botol hand & body lotion yang terletak di meja samping tempat tidur dan saya membalurkan krim yang licin itu ke batang kejantananku. Saya juga nekad membubuhkan krim pelicin itu ke bibir lubang pantatnya dan ke celah dalam saluran anusnya

Sejenak, saya bimbang ragu ragu.

Bang Ansar kan tentara yang gagah?.
Dia laki laki yang perkasa
Sudah beristri dan punya 2 anak

Mana mungkin aku bisa ngentot Bang Ansar?

   ****

Naluri syahwat membimbing ujung kontolku untuk menusuk bibir lubang itu, dan perlahan tapi pasti ujung kelaminku bisa MENYELIP MASUK ke lubang anus Bang Ansar.

Saya semakin tertantang.., kepala kontolku yang membonggol seperti cendawan besar ingin kumasukan ke dalam lubang Bang Ansar.

Saya laki laki.
Lelaki manapun doyan ngembat lubang memek cewek.

Saya bukan bernafsu pada laki laki, tapi kalau nafsu sudah naik ke ubun2, lubang apapun pasti bakal di embat!.
Dan sekarang ada lubang yang terbuka dan menempel di ujung kontolku.

Apa salahnya kalau  saya COLOK saja lubang itu?

Perlahan saya mendorong lagi ujung kontol yang sudah basah oleh krim pelicin.
Heran..!, Bang Ansar lagi lagi membuka pahanya sehingga lebih mudah bagi saya untuk menusukkan tikaman senjata kelelakianku.

Bisa saya dengar dengus nafas Bang Ansar yang memburu, tapi saat itu saya belum yakin kalau Bang Ansar sadar apa yang sedang terjadi,

Atau, mungkinkah Bang Ansar menginginkan diriku?.

Mungkinkah dia menginginkan sex?, menginginkan selonjoran kontolku malam ini?.


   -----------------------------------------------------

Akhirnya nekad.
Sambil memeluk erat Bang Ansar dari belakang saya memasukkan senjata kelelakianku ...
Srett... srett.. srettt..

Terbantu oleh krim pelicin, sedikit demi sedikit kepala kontolku melesak masuk.

Kemudian batangnya!.

BLLESSSS...!.

“Arghhhh ...h!” Lelaki gagah itu mengerang tertahan
Saya segera membekap mulutnya supaya erangannya tidak terdengar orang tua di kamar sebelah

“Oghhh ...” sayapun mengerang

Sejenak saya diamkan kepala kelaminku dalam lubang Bang Ansar, bisa saya rasakan denyut, jepitan dan kehangatan lubang pantat Bang Ansar.

Gila!, saya tak menduga, semudah itu saya membobol lubang pantat Bang Ansar.

   *****

Lalu, sambil tetap memeluk dari belakang dan menciumi tengkuk Bang Ansar, saya biarkan lubang anus Bang Ansar menyesuaikan dengan besarnya batang kontolku.

Perlahan saya mulai menarik dan mendorong senjata kelelakianku.
Senti demi senti dari 18 cm panjang batang kontolku mulai bergerak keluar-masuk di saluran anus Bang Ansar yang ketat dan hangat.
Sungguh nikmat!

“Urghhh ...!. Gila ... enak banget” Gumanku kecil

“Aaarrgghhh ... ” Dia juga terus merintih dan melenguh.... entah sakit, entah enak!.

Disela erang kesakitan Bang Ansar, saya menarik selonjoran kontolku keluar hingga tersisa kepalanya saja, lalu mendorong masuk lagi sampai habis batang kejantananku.

Dengan irama teratur saya terus genjoti lubang anal Bang Ansar, saya entoti dengan senjata kelelakianku. Sungguh nikmatnya sangat dalam terasa

“Mmm ... Uuhhh ...Ooohh” terdengar Bang Ansar yang punya 2 anak itu mengerang.

Wow...!. Rasanya sungguh beda saat saya ngentotin perek2 cewek waktu dulu saya bekerja di kota besar. Juga dibanding dengan ASTUTI, kembang desa yang bekas pacar saya. Ya, lebih enak dari memek Astuti!. Lebih enak memeluk tubuh kokoh Bang Ansar serta jepitan lobangnya.

Tak bisa menahan nafsuku lagi, semakin cepat saya mengenjoti lobang Bang Ansar dengan kontolku.

Saya menginginkan Bang Ansar!.
Saya ingin terus mengentoti dia! .
Saya menikmati dan merasakan enaknya!

   *****

Sumpah!.
Saya tidak pernah dan sama sekali tidak pengalaman menyetubuhi sesama lelaki. Cara saya mengentotkan kontol yang kikuk hanya sekedar naluri yang dipicu secara alamiah

Kecanggungan saya pasti terlihat amat jelas!.  Gerakan tubuhku tak ubahnya seperti gaya laki laki yang melakukan hubungan seks dengan wanita, bukan dengan sesama lelaki.

Tapi itu bukan kekurangan!,
Karena DAMPAKNYA ternyata benar benar luar biasa!,

Bang Ansar menggeliat dibawah tindihan saya
Tubuh telanjangnya bergetar dan kejang didalam pelukan saya

Waktu saya raba kontol Bang Ansar, ternyata ngaceng!.  Kok ngaceng sih?.
Lumayan gede dan kerassss!. Terbayang kalau cewek dirojok oleh kontol itu.

Hehehe... Saya tertawa sendiri.
Percuma Bang Ansar punya kontol gede, tidak ada gunanya!,
Saya TIDAK BERMINAT pada kontol laki laki,karena saat itu saya hanya pengen lubang pantatnya!.


   -----------------------------------------------------

Semakin memburu detak jantung dan rasa birahiku, semakin cepat saya mengentoti Bang Ansar dalam kesunyian malam yang gelap. Hanya ada rasa nafsu dan birahiku, tiada yang lain.
Lalu saya MEMBALIK tubuh Bang Ansar sampai TENGKURAP.
Dan kini saya menindih punggung Bang Ansar.
Sambil membekap mulutnya supaya tidak bersuara, saya mengentoti dia dari atas.
Saya memperkosanya dari BELAKANG!

Saya heran, kenapa Bang Ansar diam pasrah begini?.
Benarkah Bang Ansar masih tidur?

Atau mungkin dia menikmatinya?, terdengar dari erangan tertahan dan nafas beratnya! Saya bisa melihat keringat yang mengalir di punggungnya yang kekar bercampur dengan keringatku yang menetes menjadi satu.

Saya berpikir, jangan-jangan Bang Ansar doyan kontol?.
Tapi malu untuk mengakuinya karena dia laki laki, seorang tentara, dan punya istri pula.

Padahal sih, dia tinggal minta saja, saya pasti dengan senang hati menyerahkan kontolku.Hehehe....

Akhirnya, tubuh telanjang kami gancet jadi satu..!.
Semua rasa dan aroma persenggamaan tubuh kami menjadi satu, saya menyukai pemandangan ini!

“Arghhh ... Bang Ansar ...” Desahku dibelakang telinganya dengan tetap mengenjot lubangnya

Wuihhh...!.
Padahal selama ini saya hanya tahu ngentotin cewek2 yang mungil.
Tapi sekarang menaklukkan lelaki berbadan gempal ternyata lebih menantang!. Apalagi Bang Ansar berumur 8 tahun lebih tua dari saya.... Sensasinya ruaaarrrr biasa!.

Pemandangan di dalam kamar itu sebetulnya teramat tak wajar. Bayangkan saja betapa ganjilnya Bang Ansar, seorang  pria dewasa berbadan gempal ternyata disetubuhi oleh lelaki bertubuh ramping yang berumur jauh lebih muda.

Heran deh, kenapa dia diam saja?. Dan terus tidur seperti orang pingsan.
Hanya erangannya saja yang terdengar.

“Hhhhh ...Oooohhhhh”  Suara lelaki kekar itu. Entah karena nikmat atau sakit.
“Hmmm m m ...”

Saya jadi semakin beringass mendengar rintihan itu, genjotanku makin membabi buta, batang selonjoran kontolku yang besar berurat "menghajar" habis lobang duburnya tanpa ampun dan sayapun makin histeris
"Ooooh.. ssh.. aachh.. Bang..  ennaak.. sekaalllii..  saya entooootin Bang Ansar.. aah liang memekmu dahsyaat sekalii..!!.”

   *****

Saya ingin muncrat!. Saya mau keluar!.

Bagaimana nih?!.
Sayang kalau dihentikan!.

Saya keluarkan di dalam saja kah?.

 Semakin kencang pula jepitan lubang Bang Ansar.

“ ... Oh, saya ingin keluar.., Bang, saya mau muncrat!”

“Orghhhh!”

“Argh!

Pekik saya tertahan!.
Semoga orangtua saya tidak mendengarnya!.

JROOOTTT.... JROOOTTT.... JROOOOTTT.... JROOOOTTT
Muncrat lah pejuhku memenuhi anal Bang Ansar!.
Semakin erat juga jepitan lubang Bang Ansar, kelaminku serasa disedot dan diremas dengan kencang!.

Beberapa kali saya menembakan pejuh, muncrat dan membanjiri perut Bang Ansar.

  *****

Tubuhku terjembab lemas, saya menindih Bang Ansar dengan kontol yang masih menancap di lubang Bang Ansar.

““OOOhhh … ngenntttootttttttt!!!. Enaaak bangetttt!!!” ...”
“Oooh ...” Desahku dalam sehabis mengosongkan semua pejuhku

Saya lihat Bang Ansar yang masih memejamkan matanya, seolah masih tidur pulas, seakan tidak terjadi apa-apa.

“Terima kasih Bang ...” Desahku di telinga Bang Ansar.
Tak lupa  saya beri ciuman di mulut Bang Ansar untuk menyakinkan rasa yang saya nikmati saat ini.

Malam yang tidak akan  pernah saya lupakan ...


   *****

Segera saya bangkit dan membersihkan lelehan pejuh di batang kejantananku.
Sungguh antara nikmat dan bingung, kemudian saya meninggalkan Bang Ansar yang masih tidur tengkurap untuk mencuci kontol saya di kamar mandi.

Saat saya kembali, saya lihat posisi tidur Bang Ansar sudah berubah terlentang dengan kontol yang terkulai lemas.

Hahh..?i, Itu kan pejuh??
Saya lihat lendir putih yang kental berceceran di kasur dan paha Bang Ansar.

Hahahaha.....
Artinya, waktu saya tadi mengentotinya, ternyata Bang Ansar juga sampai klimaks!.

Hehehe – mungkin karena saya mengentoti dia cukup lama, 20 menitan!.
Entotan kontolku rupanya memicu orgasme dia.
Ternyata tak tahan juga cowok gagah ini ini.

Saya tidak terlalu heran, karena kodratku sebagai laki laki dan naluriku sebagai pejantan adalah untuk memberi kenikmatan sebanyak mungkin dan selama mungkin pada pasanganku.

Itulah sebabnya,
Walau Bang Ansar kekar dan gagah, sudah beristri dan punya 2 anak, tapi dia tidak mampu menahan kenikmatan dan muncratnya pejuh dia yang ngecret secara otomatis akibat entotan kontol.

Aaah, saya tersenyum dan berbaring di sampingnya dan terlelap tidur.

Bagaimana menghadapi dia besok ya?


   -----------------------------------------------------

Paginya, saya bangun, ternyata Bang Ansar masih di kamar mandi. Di sprei terlihat masih ada bekas sperma kering dan sedikit noda darah merah.

Ketika Bang Ansar keluar dari kamar mandi, matanya mendelik aneh melihat ke-arah saya  

–Apa dia tau kejadian tadi malam?


Tapi untunglah..., ternyata sikap Bang Ansar bersikap biasa-biasa saja, seolah olah tidak ada apa-apa yang terjadi pada malam sebelumnya, lalu giliran aku yang masuk kamar mandi.

Setelah selesai berpakaian, kami sempat ngobrol seperti biasanya sambil becanda.

Dalam hati saya senang karena saya pikir Bang Ansar bener bener tidak sadar kejadian semalam dan tidak tahu apa yang saya lakukan kepada dia.

Tapi tiba tiba Bang Ansar bicara pada saya :
"Dik Wandi .... Emang Adik naksir sama aku?"

Saya jawab: "Maksud Abang gimana?"

"Maksudnya, ya apa Adik ‘suka’ sama aku bukan sebagai temen biasa?"

"Ada ada saja Bang Ansar ini ah!!!. Masa cowok naksir cowok ..??, becanda Abang garing ah ..." saya berpura2 tidak faham

Tapi Bang Ansar diam ...

Lalu dia bicara juga, tapi kali ini tidak dengan nada becanda
"Lha terus tadi malam yang Adik lakukan sama aku itu apa?"

Damnn !!!!
Saya kaget ...... Dan jantung langsung deg deggan

"Maksudnya?" jawabku

"Jangan pura-pura ....  aku tahu kok yang Adik lakukan ....  Pas awal-awal, mungkin aku tidak sadar...  Tapi lama kelamaan,  aku ingat sekali apa yang Wandi lakukan ke aku"

Mati aku !!!.
Ternyata Bang Ansar tahu yg saya lakukan ke dia ....

Terus saya pura2 bingung:  “Aduh, maaf Bang,  tadi malam saya ngapain ya?”

“Kamu sadis Dik..!. Gak sangka Wandi tega sama aku” katanya

“Lho?, terus kenapa Abang diam saja?”

“Tadi malam aku diam karena aku bingung harus bereaksi seperti apa...?. Kalau aku bangun menegur, Adik pasti malu banget, atau malah ribut dan kedengaran orang tua Adik. Makanya aku diam....  

“Kenapa Abang tidak melawan donk?”

“Aku ngerti kamu lagi nafsu. Jadi aku ngalah saja. Supaya kamu puas, Dik...”

Saya terkejut mendengar ucapan dia: “Jadi..?. Abang suka?”

“Aku bukan homo Dik!”
" Aku ini masih lelaki normal Dik....  Adik juga tahu sendiri, aku doyan perempuan.... Lagian kita sudah seperti saudara. Masa Adik tega begitu sama aku...?.”  

Saya tidak bisa bicara lagi...  Saya bingung mau jawab apa coba?.

“Kan Adik bukan Homo. Masak Adik doyan nyoblos lubang cowok?. Dia berkata lagi.

“Maafkan saya Bang...” Hanya itu yang bisa saya katakan.

  *****

Kemudian sambil menepuk pundak saya, Bang Ansar ngomong lagi ....
"Ya sudahlah....  Kan sudah terlanjur kejadian.....”  

Dan dia menyambung:
“Hati-hati Dik... Wandi JANGAN berbuat begitu pada sembarang LELAKI LAIN ya.... Kalau emang Dik Wandi sedang bernafsu, MENDINGAN dengan Abang saja"


Haaaahhh....??!!!.
Dalam hati saya langsung ketawa ngakak: HAHAHAHAHA.....

Saya tidak sebodoh itu..!.
Walau saya orang kampung yang lugu
Tapi saya yakin Bang Ansar menikmati perlakuanku tadi malam.

Mana ada sih laki laki normal yang membiarkan lobang pantatnya disodok batang kontol?
Pasti dia doyan kontol saya... Dia suka disodomi.

Tapi biarlah dia berpura-pura...!.
Biar Bang Ansar berpikir saya mengira  dia laki laki normal yang straight

Aku yakin, Bang Ansar bersikap begitu karena dia harus tetap menjaga wibawanya dihadapan orang tuaku dan teman-temannya yang tentara itu.

Biar bagaimanapun, aku yakin, rasa suka Bang Ansar pada kontol lelaki telah tumbuh di dalam batinnya

Jangan jangan, pria macho dan kekar ini masih penasaran ingin digagahi sekali lagi nanti malam.

Siapa tahu?.



  ===========================  

TAMAT